“MENUJU INDONESIA EMAS 2024, BERSAMA PRABOWO – GIBRAN”
Pewarta : Ganug NA, Editor : Bangsar
JAKARTA, Jawatengah. Online – Pengamat sekaligus aktivis politik, Dr. Muhammad Qodari S.Psi, M.A., salah satu aksinya yang sangat populer adalah menjadi Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP), untuk pasangan calon Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.
Gagasan potensi menang satu putaran bagi Prabowo-Gibran tersebut mulai muncul ketika Indo Barometer melakukan survei pada akhir Oktober 2023. Tepatnya setelah deklarasi Prabowo-Gibran sebagai Capres dan Cawapres.
Kepada Bambang Sadono dalam kanal Youtube “Inspirasi Untuk Bangsa”MENUJU INDONESIA EMAS 2024, BERSAMA PRABOWO – GIBRAN” Qodari mengungkapkan, menurut teori struktur kolam suara yang dia yakini pada Pemilu 2024, Presiden Joko Widodo masih memiliki sekitar 75 persen suara.
Menurutnya Pemilu 2024 tergolong unik, karena popularitasnya suara terbagi dua, sekitar 75 persen yang mengusung tema keberlanjutan, dan 25 persen yang mengambil tema kampanye perubahan. Karena popularitas yang tinggi tersebut, Qodari pernah mengusung usulan tiga periode untuk Jokowi.
Dia mengaku terpengaruh dengan berbagai pendapat bahwa Jokowi harus tiga periode karena kinerjanya baik. “Bukan hanya program kerjanya, tapi juga dukungan masyarakat sangat bagus. Setelah reformasi belum ada presiden dengan tingkat dukungan yang begitu kuat selain Pak Jokowi,” ujarnya.
Biasanya presiden di akhir masa jabatan menjadi lame duck (bebek lumpuh), karena elit dan aktor politik mulai meninggalkannya. Namun, kebiasaan itu ternyata tidak berlaku untuk Jokowi
. Kenyataannya Jokowi justru memiliki tingkat kepuasan paling tinggi. Sekaligus masih menentukan dinamika politik Indonesia. “Atas dasar itulah saya percaya sekali bahwa pemenang Pilpres 2024 adalah Prabowo-Gibran dalam satu putaran,” tambahnya.
Tiga Kolam Suara
Terhadap ketiga paslon presiden-wakil presiden dalam Pilpres 2024, Qodari membaginya menjadi tiga kelompok. Pertama adalah antitesa Jokowi, yaitu Anis Baswedan dengan kolam suara yang tidak puas terhadap kinerja
Jokowi, dengan porsi 20 persen.
Peluang Prabowo makin besar dengan bergabungnya Gibran yang merupakan game changer, yang membuat masa pendukung Prabowo dan Jokowi mengerucut di belakang Prabowo-Gibran. Kedua adalah Prabowo yang terlihat loyal kepada Jokowi.
Di sisi lain, ada Ganjar Pranowo terkesan maju mundur, untuk memanfaatkan para pendukung Jokowi. Misalnya terlihat ketika menolak Timnas Israel sehingga Piala Dunia U20 gagal digelar di Indonesia.
Ganjar Pranowo yang tidak sepenuhnya akan loyal melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan Jokowi, memunculkan peluang Prabowo untuk menang membesar. Peluang Prabowo makin besar dengan bergabungnya Gibran yang merupakan game changer, yang membuat masa pendukung Prabowo dan Jokowi mengerucut di belakang Prabowo-Gibran.
Gibran sering diposisikan sebagai representasi dari Jokowi. Sejak akhir Oktober 2023 dukungan terhadap Prabowo-Gibran terus menanjak, sedangkan dukungan terhadap Ganjar-Mahfud terus merosot. “Saat itu angka grafisnya belum muncul. Tapi, dengan teori yang ada saya sudah yakin bahwa tren Prabowo-Gibran akan semakin naik sehingga sangat memungkinkan untuk menang satu putaran,” jelasnya.
Blunder Ganjar-PDIP
Qodari sudah memprediksi pada Pemilu 14 Febuari 2024, akan terjadi hasil presentasi elektabilitas yang telak. Dengan teori bejana berhubungan dimana Prabowo dan Ganjar berasal dari tempat yang sama, maka jika Prabowo naik otomasi Ganjar turun.
Kenaikan elektabilitas Prabowo bukan karena kinerja Prabowo dan dukungan Jokowi saja. Juga karena faktor blunder yang dilakukan Ganjar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selaku partai pengusungnya.
Banyak pendukung Ganjar yang menyeberang ke kubu Prabowo karena Ganjar dan PDIP menyerang Jokowi. Kepercayaan masyarakat terhadap Ganjar merosot sehingga perolehan suaranya anjlok. Menurut Qodari, rakyat percaya hal-hal baik yang sudah dilakukan Jokowi sekitar 10 tahun, dan banyak yang menginginkan hal tersebut berlanjut.
Misalnya menyangkut pembangunan infrastruktur, pembangunan sosial melalui layanan pendidikan, kesehatan dana bantuan sosial. Juga soal hilirisasi, digitalisasi, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Makin diserang hal-hal baik yang dipersepsi rakyat sudah dilakukan Jokowi, dukungan makin menguat pada Prabowo-Gibran yang diposisikan sebagai penerusnya.
“Sebenarnya untuk presiden yang baik saya bukan hanya ingin tiga periode, tapi kalau bisa lima periode. Pembangunan jangka panjang itu harus ditempuh selama 25 tahun toh setiap lima tahun ada Pemilu,” katanya.
Melanjutkan Jokowi
Melihat hasil Pilpres maupun Pileg 2024, Qodari masih melihat kondisi pemerintahan ke depan masih aman. Dia menyebut tahun 2024-2029, koalisi dalam Pemilu dengan koalisi dalam pemerintahan sebagai dua hal yang berbeda. Koalisi yang kecil di masa Pemilu atau kampanye, kata bisa membesar saat sudah memerintah.
Partai pengusung pasangan calon yang kalah bisa saja pindah mendukung yang menang. “Ada partai yang agak pragmatis, karena mencari coattail effect (efek ekor jas) untuk meningkatkan suara partai. Bukan karena sesuatu yang ideologis,” katanya.
Sebagai konsekuensi mengusung tema keberlanjutan terhadap program-program Jokowi, Prabowo-Gibran harus menjalankan program pemerintahan Jokowi. Bahkan dalam visi misi yang ditawarkan dalam kampanye sudah berbasis pada program yang saat ini sudah berjalan.
Beberapa poin seperti strategi pendapatan negara, cara perolehan devisa, konsep kartu Indonesia sehat, kartu Indonesia pintar dan pembangunan infrastruktur telah dijadikan dasar untuk rencana pembangunan Indonesia kedepan.
Qodari menyederhanakan program Jokowi yang harus diteruskan menjadi lima garis besar, yaitu pembangunan sumber daya manusia (SDM) meliputi pendidikan, pangan, kesehatan, kemudian program makan siang gratis untuk anak sekolah dan ibu hamil seperti yang dijanjikan Prabowo-Gibran.
Kedua adalah pembangunan infrastruktur, ketiga tentunya hilirisasi, keempat digitalisasi, dan melanjutkan pembangunan IKN. Kepemimpinan Jokowi dapat diterima rakyat Indonesia bukan hanya program dan kinerjanya, tapi juga gaya kepemimpinannya.
Dalam gaya kepemimpinan, Qodari melihat kemunculan sisi humanis Prabowo, yang mirip dengan gaya Jokowi. Salah satu yang tren adalah dengan munculnya joget Gemoy. “Pak Prabowo bisa joget dan ternyata cukup ramah. Terlihat Pak Prabowo belajar banyak dari Pak Jokowi.
Prabowo sangat paham bahwa dukungan utama seorang presiden adalah rakyat, bukan hanya dari partai politik,” katanya. Menurut Qodari, Jokowi juga akan tetap dimintai saran dan pendapatnya oleh Prabowo dan Gibran. Bahkan menurut Qodari, rakyat percaya hal-hal baik yang sudah dilakukan Jokowi sekitar 10 tahun, dan banyak yang menginginkan hal tersebut berlanjut.
Misalnya menyangkutpembangunan infrastruktur,pembangunan sosialmelalui layanan pendidikan, kesehatan dana bantuansosial. Juga soalhilirisasi, digitalisasi, danpembangunan Ibu Kota Negara (IKN). The Dream team Jokowi yang sudah berperan besar dalam kemenangan Prabowo-Gibran, akan bisa dimanfaatkan dalam pemerintahan Prabowo.
Misalnya keberadaan Erick Thohir, Bahlil Lahadalia, Maruarar, Rosan Roslani sebagai orang-orang kepercayaan Jokowi yang bisa membantu. Sementara terkait program-program kerja yang belum selesai, Qodari melihat Jokowi justru akan lebih tenang dan tidak terburu-buru. Karena kalaupun tidak selesai, program tersebut dipastikan akan dilanjutkan penerusnya.
Masyarakat juga akan merasa lebih tenang karena apa yang telah diterima selama ini akan berlanjut. Sementara bagi investor dan pelaku usaha juga tidak perlu mengubah asumsi terlalu radikal karena pemenang presiden berikutnya akan melanjutkan program sebelumnya. “Kemungkinan hanya akan terjadi sedikit pergantian dan pergeseran dalam kabinet baru. Untuk yang selebihnya masih akan banyak yang sama,” tambahnya. (01)