JawaTengah.Online — Dalang legendaris Ki Manteb Sudarsono meninggal dunia, 2 Juli 2021. Almarhum bukan hanya dalang kesayangan para penggemar wayang Indonesia, namun juga sempat ikut menduniakan wayang, khususnya wayang kulit. Akhirnya bahkan wayang diakui Unesco sebagai warisan dunia, dan di Indonesia diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Berikut tulisan yang pernah dimuat di jawatengah.online, 19 November 2019.

Berawal dari dari gagasan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), yang pada tahun 2003 meminta dalang Ki Manteb Sudarsono mewakili Indonesia dalam seleksi yang dilakukan Unesco, lembaga Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan memberikan penghargaan master piece untuk berbagai produk kebudayaan dari beberapa negara. Ki Manteb diminta mengirimkan rekaman video pertunjukan wayang kulit dengan durasi 3 menit 2 detik.

Video wayang kulit dengan lakon Dasamuka Lena tersebut dinyatakan berhak sebagai penerima penghargaan utama Unesco Award pada 7 November 2003, dengan menyisihkan 138 negara lainnya. Pada 7 November 2003 PBB melalui Unesco, lembaga dunia yang membidangi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan tersebut menetapkan wayang sebagai warisan budaya dunia.  Wayang dinyatakan sebagai sebagai karya agung budaya dunia non bendawi, atau Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.

Pada 21 April 2004, Ki Manteb mendapat kehormatan untuk menerima piagam penghargaan dan menampilkan pagelaran wayang kulit secara langsung di Markas Unesco Paris. Ki Manteb mengulangi persis videonya, membawakan lakon yang sama yaitu Dasamuka Lena. Pentas tersebut dinilai menampilkan nilai filsafat yang tinggi, bukan sekadar hiburan. Tokoh Dasamuka yang tidak bisa mati adalah simbol hawa nafsu.Artinya hawa nafsu akan tetap ada selama manusia ada.

“Karena nilai lebih pada filsafat itulah, wayang Indonesia dimenangkan,” kata Manteb.

Menunggu 15 Tahun

Piagam penghargaan dari Unesco dibawa pulang oleh Ki Manteb dan diserahkan ke Sekretariat Negara. Ia meminta kepada pemerintah untuk segera menetapkan Hari Wayang Nasional serta mengumumkan kepada masyarakat bahwa wayang sudah dapat pengakuan dunia. Ia berharap 7 November dijadikan Hari Wayang Nasional sesuai dengan tanggal penetapan wayang sebagai warisan dunia.

“Wayang sudah diakui dunia, sekarang dalangnya mau ngapain?” tanya dalang penerima penghargaan “Nikkei Asia Prize Award 2010” dalam bidang kebudayaan ini.

Kemudian Ki Manteb gumregah memelopori, pada 4-5 September 2004 bertepatan dengan Hari Radio Ke-59 di halaman RRI Semarang, menggelar pertunjukan wayang 24 jam nonstop mementaskan cerita Bharatayudha, mulai dari lakon Kresna Duta sampai Duryudono Gugur.

“Saya hanya makan telur rebus dan minumnya es teh, di luar sudah ada ambulan dan tiga dokter, ” katanya.

Setelah pagelaran berakhir, Museum Rekor Indonesia(MURI) memberikan penghargaan untuk pertunjukan wayang terlama yaitu selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat. Sepanjang pertunjukan, Ki Manteb memang tidak mengambil jeda istirahat. Shalat, makan, dan ganti baju dilakukan di depan kelir.

Setelah penantian selama 15 tahun, akhirnya Hari Wayang Nasional di tetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 17 Desember 2018. Hari Wayang Nasional diperingati setiap 7 November.
Menurut Ki Manteb, Hari Wayang Nasional merupakan pengingat bagi kita semua bahwa wayang sudah diakui dunia dan harus di lestarikan.

Sebagai penghargaan pada presiden, maka pada saat wayangan di Istana Negara, 2 Agustus 2019, Ki Manteb menyerahkan tokoh wayang Kresna kepada Presiden Jokowi.

Berdampak Besar

Untuk kalangan seniman wayang kulit, khususnya dalang, Hari Wayang Nasional mempunyai dampak yang besar. Para dalang yang dulunya jarang pentas pada Hari Wayang Nasional ini, semua dalang ikut terlibat dalam wayangan. Pada tanggal 7 November 2019 di Karanganyar diselenggarakan pagelaran wayang kulit dengan 17 dalang dan 2 kelir.

Pada perayaan Hari Wayang Nasional yang pertama bulan November 2019, Ki Manteb mementaskan pagelaran wayang di halaman RRI Semarang, dengan lakon “Wahyu Darma”. Sebelum pentas Ki Manteb menyerahkan seperangkat beskap Jawa lengkap dengan blangkon, stagen dan jarik kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk dipajang di Museum Ronggowarsito Semarang.

Seperangkat beskap jawa tersebut terakhir kali dipakai Ki Manteb untuk pentas di Markas Unesco, saat wayang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia.

“Niat saya menitipkan pakaian dalang ini di museum hanya semata-mata untuk menjadi pengingat bahwa wayang telah diakui sebagai warisan dunia dan bisa menjadi kenang-kenangan bagi anak cucunya kelak,” kata putera Ki Hardjo Brahim almarhum yang juga seorang dalang.