Oleh:  Yovita Sabarina Sitepu

JawaTengah.Online — Situasi pandemi covid 19 yang sudah berjalan setahun lebih ini membuat gerak sebagian besar manusia menjadi terbatas. Aktivitas sosial pun tidak lagi sebebas seperti sebelum pandemi.  Pembatasan sosial yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid 19 memaksa setiap individu, mulai dari kalangan remaja, dewasa hingga orang tua, untuk membatasi pertemuan dengan kenalan, teman, sahabat, kolega, dan lain sebagainya. 

Namun demikian, kemajuan teknologi menghadirkan aplikasi yang menawarkan cara agar seseorang tetap bisa beraktivitas sosial meskipun dimulai di ruang maya. Pengguna aplikasi bisa menemukan kenalan baru bahkan syukur-syukur bisa menemukan pasangan hidup dari perkenalan di dunia maya tersebut. Aplikasi untuk mencari kenalan baru, menjalin hubungan romantis tersebut dikenal juga dengan istilah aplikasi online dating.

Aplikasi online dating merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh selama masa pandemi ini. Beragam jenis aplikasi kencan daring bisa menjadi pilihan. Mulai yang umum seperti: Tinder, Bumble, Coffee Meet Bagel, OkCupid, dll; berdasarkan agama seperti: Christian Dating, Indonesian Muslim Match, Arab Muslim Match, dll; berdasarkan negara seperti: Philippines Dating, USA Dating Apps, Asian Dating, Indonesia Chat Dating, dsb; preferensi seksual seperti: Grindr, Her, Zoe dsb. Selain itu adapula aplikasi online dating yang ditujukan untuk pengguna yang berusia di atas 40 tahun, seperti Date My Age, untuk remaja seperti misalnya Teenage Chat & Dating. Bahkan bila anda ingin mencari teman kencan perempuan dengan bentuk tubuh tertentu pun ada aplikasi yang menyediakannya.

Mencari kenalan baru baik hanya sebatas teman ataupun untuk hubungan romantis tidaklah salah. Namun, seperti di dunia nyata, di mana kita harus awas dengan orang yang baru kita kenal, begitupula di dunia maya. Banyak kasus penipuan berkedok asmara terjadi yang diawali dari perkenalan di situs online dating. 

Dari perbincangan dengan beberapa pengguna aplikasi online dating, beberapa dari mereka mengaku hampir menjadi korban scammer. M (39) seorang perempuan yang baru saja mencoba mencari pertemanan dari beberapa aplikasi seperti Tinder, Mingle2 serta Bumble, menceritakan bagaimana dari salah satu aplikasi tersebut Ia berkenalan dengan seorang pria yang mengaku berdomisili di Bangalore, India. Pria tersebut lebih muda beberapa tahun darinya dan terlihat dari fotonya berpenampilan menarik. Setelah bertukar nomor WhatsApp, mereka berkomunikasi dengan intens. Si pria memanggilnya dengan sebutan dear. M dengan tanpa curiga menceritakan tentang dirinya dan keluarganya. Hingga pada saat si pria menanyakan nama lengkap dan tanggal lahirnya, Ia merasa curiga dan tiba-tiba teringat untuk memeriksakan foto pria tersebut melalui Google Image. Terkejutlah Ia ketika menemukan bahwa pria di foto tersebut adalah seorang aktor India. Kemudian setelah menyadari bahwa pria tersebut menggunakan identitas orang lain, dengan cepat Ia memblokir nomor pria itu dan menutup akunnya di Mingle2.

Kisah lain diceritakan oleh seorang perempuan berinisial H (40). Setelah berkenalan dengan seorang pria di aplikasi online dating dan saling mengikuti di akun Instagram masing-masing, mereka intens berkomunikasi. Karena terpisah kota mereka hanya bertukar pesan dan melakukan panggilan suara maupun video lewat WhatsApp. Mereka saling bercerita tentang kisah dan pengalaman hidup masing-masing. Sampai suatu ketika sang pria ingin meminjam uang kepadanya untuk keperluan membeli gawai yang cukup mahal. H merasa tidak enak, curiga dan tidak mau meminjamkan uang dengan nominal yang cukup besar. Ia lalu mulai mengurangi komunikasi dengan pria tersebut. 

Kedua kisah tadi belumlah seberapa bila dibandingkan kerugian yang dialami korban-korban scammer cinta lainnya. Ada yang menjadi korban dari scammer cinta yang mengaku sebagai tentara yang sedang bertugas di daerah konflik, kemudian meminjam uang kepada korban untuk mengurus cuti. Adapula yang mengaku sebagai duda dengan profesi sebagai pekerja tambang lalu meminjam uang kepada korban untuk dikirimkan kepada anaknya yang sedang sakit dan berjanji untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Bahkan ada yang menggunakan identitas orang lain, misalnya pengusaha kaya dengan paras ganteng. Lalu pelaku berjanji mengirimkan hadiah kepada calon korban. Namun, hadiah tertahan di bea cukai dan meminta calon korban untuk menransfer sejumlah uang guna menebus hadiah tersebut.

Para penipu berkedok cinta muncul dengan rencana yang matang dan rapi, membangun hubungan emosional dengan calon korban, lalu memanipulasi mereka. Korban seringkali tidak sadar dan tetap percaya dengan janji-janji manis jangka panjang (dinikahi) yang diucapkan pelaku. Tidak jarang setelah kedekatan terbangun, korban rela mengirimkan foto maupun video asusila mereka, yang kemudian foto/video tersebut dipakai pelaku untuk mengancam korban guna menyerahkan uang secara terus menerus.

Selain kerugian finansial, korban juga kemungkinan besar mengalami kerugian psikologis. Mereka merasa malu sehingga tidak berani melaporkan kejadian yang dialami. Hal ini semakin diperparah apabila korban masih terikat dalam hubungan perkawinan. Ketakutan diketahui oleh pasangan mereka semakin menambah beban psikologis. Bahkan tidak jarang korban menjadi depresi dan bisa jadi bunuh diri. 

Bunda Fey, seorang aktivis anti scam menyebutkan bahwa kerugian dari kejahatan love scams tahun 2020 di Indonesia sebesar 13,6 Miliar. Kerugian sebesar itu merupakan total dari laporan 199 korban love scam ke Komunitas Waspada Scammer Cinta (WSC). Mayoritas korban adalah perempuan.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan aplikasi kencan daring, ada baiknya pengguna mencari informasi mengenai hal yang positif dan negatif dari aktivitas tersebut. Hal yang harus diperhatikan misalnya: tidak menampilkan dengan detil informasi pribadi di profil seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat e-mail ataupun nomor telepon selular; tidak perlu menampilkan foto diri terlalu banyak di profil Anda karena bisa saja diambil dan disalahgunakan oleh orang lain; jangan terkecoh dengan foto yang ganteng ataupun cantik,  cek foto tersebut lewat Google Image, Tineye, Yandex, dsb; jangan terbuai dengan perhatian intens dan panggilan ‘dear’, ‘sayang’, dsb; jangan memberikan nomor OTP ATM, Nomor Induk Kependudukan (NIK); berpikirlah berkali-kali bila saat melakukan video call anda diminta untuk membuka pakaian ataupun melakukan aktivitas seksual; bila hendak bertemu muka (kopi darat) sebaiknya ajak teman anda dan bertemu di tempat yang ramai dan terbuka.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, pengguna ataupun yang berkeinginan untuk menggunakan aplikasi kencan daring juga dapat mengikuti akun-akun aktivis dan komunitas anti scam seperti: akun Instagram @feydown_official, @komunitaswsc, @scamhaters.united, @relawancyberakunmodus, @_instascams_, serta @scars_againts_scams. Dari unggahan di akun-akun aktivis anti scam tersebut, baik pengguna media sosial secara umum maupun pengguna aplikas kencan daring pada khususnya, bisa belajar dari kasus-kasus yang diunggah serta memelajari trik-trik untuk mengenali dan menghadapi scammer cinta. Dengan demikian akan menjadi pengguna yang awas dan bijak. Jadi, waspadalah sebelum Anda swipe right!