JawaTengah.Online – Sebelas kelompok masyarakat desa pesisir di Kabupaten Demak memaparkan secara langsung pengalaman dan capaian pemulihan pesisir kepada pihak-pihak di daerah, nasional, hingga global. Setelah memulai kerja sama sejak lima tahun lalu, Konsorsium Building with Nature Indonesia (Membangun Bersama Alam) kini mengakhiri programnya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Pemulihan secara fisik berupa pembangunan perangkap sedimen untuk pertumbuhan mangrove secara alami, penyelerasan pengembangan budidaya perikanan dan mangrove serta pengembangan jalur hijau mangrove telah dilakukan. Berbagai kegiatan tersebut dipadukan dengan pengembangan ekonomi masyarakat dan penyusunan kebijakan untuk meyakinkan keberlanjutan berbagai hasil yang telah dicapai. Pemerintah Kabupaten Demak memastikan bahwa upaya pemulihan pesisir tersebut diakomodir keberlanjutannya melalui RPJMD 2022-2026.
Bupati Demak, dr. Hj. Eisti’anah, S.E, mengapresiasi keberhasilan kegiatan kerja sama dan berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan dan memastikan keberlanjutan kegiatan di wilayah pesisir Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Bonang.
“Melalui dinas terkait, Pemerintah Kabupaten akan terus melakukan pendampingan agar masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pesisir, bisa melanjutkan apa yang telah dimulai”, ujarnya dalam diseminasi yang diselenggarakan konsorsium BwN Indonesia secara luring dan daring pada Kamis (30/9/2021).
Kerja sama yang telah dilakukan diarahkan untuk pemulihan pesisir secara fisik berupa pembangunan perangkap sedimen untuk pertumbuhan mangrove secara alami, serta penyelarasan pengembangan budidaya perikanan dan mangrove serta pengembangan jalur hijau mangrove. Keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan melalui keterlibatan masyarakat sejak dari pengembangan gagasan, pelaksanaan kegiatan hingga pemantauan dan evaluasi serta pemaparan hasil kegiatan.
“Pemilik kegiatan yang sesungguhnya adalah anggota kelompok masyarakat. Merekalah yang memberikan gagasan, melaksanakan dan sekaligus menarik pelajaran dari keberhasilan maupun kegagalan,” ujar Plt. Direktur Yayasan Lahan Basah dari konsorsium BwN Indonesia, Yus Rusila Noor. Ditambahkannya, apa yang dilakukan kelompok masyarakat bukan hanya merupakan ‘program’ belaka, tetapi adalah kenyataan untuk melanjutkan hidup dan kehidupan dengan lebih baik, imbuhnya.
Apresiasi juga diberikan oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns. “Kita menghadapi banyak tantangan, saya dari Jakarta sudah melihat banyak bahwa, di Demak banyak sekali mencapai hasil, saya tahu ini tidak gampang kita menghadapi maslah yang sama dengan Belanda, menghadapi iklim yang berubah, banjir yang lebih tinggi, kita harus bertindak untuk sesaatu yang tidak mudah. Tapi saya yakin dan percaya perubahan ke arah yang lebih baik telah dilakukan masyarakat bersama dengan program BwN Indonesia,”katanya.
Harapannya, program BwN dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia yang juga mengalami masalah yang serupa, bahkan juga ke negara-negara lain yang memiliki kerentanan yang sama. Replikasi dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas, pertukaran pengetahuan dan penyertaan kedalam kebijakan dan perencanaan.
Keberhasilan Masyarakat dalam Mengelola Program
Dalam acara penutupan program ini, perwakilan kelompok hadir juga berkesempatan untuk memaparkan capaian yang telah mereka lakukan dalam lima tahun ini. “Kerusakan alam di sekitar desa kami tidak dapat dihindari seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga alih fungsi lahan. Dibangunnya struktur perangkap sedimen atau Hybrid Engineering, yang kami sebut dengan HE, telah kami buat bersama anggota kelompok. Dari bahan-bahan lokal yang mudah ditemukan dan dirakit. HE tidak hanya dapat membantu pecahnya gelombang laut tapi juga sebagai perangkap sedimen yang dapat dijadikan tempat tumbuhnya mengrove secara alami. Kini kami telah merasakan manfaatnya yang luar biasa dari kerja keras ini,” ujar Nur Chomaidi, Ketua Kelompok Berkah Alam, Desa Surodadi, Kecamatan Sayung.
Ditambahkan perwakilan masyarakat lainnya, Ahmad Busro, jalur hijau mangrove yang telah dibuat masyarakat melalui program BWN, juga memberika dampak yang sangat baik bagi kehidupan masyarakat di sekitar desanya. “Dari jalur hijau mangrove yang semula hanya seluas 3,7 hektar kini telah bertambah menjadi 16 hektar. Mangrove-mangrove tumbuh alami,” ujarnya.
Abdul Ghofur dari Kelompok Tani Jaya Bakti, Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karangtengah, yang menyampaikan materi budidaya tambak terhubung mangrove (Association Mangrove Aquaculture) juga menceritakan bagaimana program BWN telah berhasil meningkat ekonomi masyarakat.
“Karena lokasi tambak sekitar pabrik, jadi memang banyak logam-logam berat yang masuk ke lokasi tambak. Dengan budidaya tambak terhubung mangrove, bukan saja dapat memperkuat sabuk hijau di pinggir sungai tetapi juga dapat menjadi filter bagi air yang masuk ke tambak sehingga mutu air dan tanah tambak membaik sehingga hasil tambak juga meningkat. Tiga tahun memang baru terlihat hasilnya, dan kami telah melakukannya selama hampir lima tahun ini dan hasil tambaknya luar biasa,” jelas Ghofur. Kini lokasi tambak-tambak kelompoknya menjadi lokasi yang banyak didatangi sejumlah mahasiswa untuk melakukan sejumlah penelitian.
Sementara itu, perwakilan dari kelompok perempuan Kartini Bahari, Nila Diana Wardah, juga tampil dalam kesempatan yang sama. Dikatakan Nila, para perempuan membentuk kelompok guna mengikuti sekolah lapang. Sejumlah pengetahuan tentang pengelolaan tambak mereka dapatkan dari sekolah tambak.
“Kami membuat pupuk organik dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, jadi sangat ekonomis sekali dan bisa menghemat pengeluaran dalam rumah tangga. Selama ini kami hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Tetapi sejak adanya BWN, kami tidak hanya mendapat ilmu untuk mengelola tambak, tapi kami juga berdaya secara ekonomi karena dapat menjual hasi budidaya tambak kami dalam berbagai produk,” akunya. Ragam produk berupa bawang goreng ebi, terasi rebon dan kerupuk ikan sudah dijual kelompok lewat market place, sehingga tidak terbatas hanya di Kabupaten Demak saja.
Kelompok masyarakat setempat terlibat penuh dalam kegiatan, mulai dari desain proyek, pelaksanaan program hingga pemantauan dan evaluasi. Para pemilik tambak juga telah merelakan sebagian tambak budidayanya untuk dikonversi menjadi jalur hijau mangrove sebagai timbal balik dari dukungan dalam peningkatan mata pencaharian mereka.
Dukungan dari Pemerintah Desa dalam bentuk Peraturan Desa sangat membantu berbagai inisiatif masyarakat di tingkat tapak untuk dapat melaksanakannya secara berkelanjutan. Masyarakat juga memiliki keleluasaan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan.