oleh: Samsul Bahri (advokat dan alumni Fakultas Hukum Undip)

JawaTengah.Online — Gus Dur, kata Fachri Ali saat berbicara harus dilihat dan dicermati dalam posisi apa dan siapa waktu berbicara, apakah sebagai seorang Ketum PBNU, seorang budayawan dan seniman atau seorang intelektual? Masih ditambah lagi apakah dalam posisi sebagai seorang Presiden RI? Tapi, Gus Dur adalah kolumnis handal yang tulisannya tentang suatu hal menyebar bak jamur di hampir seluruh koran atau majalah di Indonesia, bahkan tungkah lakunya yang “aneh” dapat menjungkirbalikkan logika publik. Lalu suatu hal yang tadinya angker, kaku, maka jadi cair seketika. Legasinya yang paling penting antara lain adalah memberi dan mengangkat saudara kita etnik Cina yaitu agama Konghucu sebagai agama resmi Negara.

Sementara Jaya Suprana adalah pemjlik Jamu Jago, budayawan dan seniman serta intelektual yang punya kegerahan serta kepedulian yang dalam atas berbagai hal dari masalah kesehatan, musik, agama, sosial dan politik. Pak Jaya selalu dipanggilnya, adalah seorang demokrat ulung yang paham betul akan apa yang sesunggguhnya terjadi di akar rumput sehingga sangat mudah bersinergi dengan tokoh seperti Gus Dur.

Dan, Bambang Sadono, wartawan sangat senior yang telah kenyang makan asam garam dunia jurnalistik. Malang melintang di Suara Merdeka Semarang lalu nasional, sebagai tokoh politik handal yang mempunyai ketajaman visi dan misi untuk turut serta membangun bangsa dan negara ini.

Ketiganya sesungguhnya adalah jurnalis sejati yang mewartakan apa yang sesungguhnya terjadi di belahan bumi ini. Dan, menyampaikan fakta yang sebenarnya, ketajaman analisis para “kuli tinta” ini lebih dahsyat ketimbang dahsyatnya bom, mesiu yang paling hanya mampu memporakporandakan bangunan fisik.

Tapi, lebih jauh, tulisan penulis (wartawan, intelektual, dsb) dapat menjungkirbalikkan logika yang mainstrem lalu berubah dan menghancurkan sendi-sendi pemikiran yang sudah mapan. Maka itu perlu kita bersama menyikapi dan memerangi adanya hoax yang telah menghancurkan tatanan yang selama ini telah diakui kebenarannya.