SEMARANG, JawaTengah.Online – Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tercatat paling tinggi di antara kabupaten / kota lainnya di Jawa Tengah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tahun 2018 (dikeluarkan Agustus 2019) mencapai 6,52 persen, sementara angka rata-rata di Jateng 5,62 persen. Jadi, apabila Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen, Kota Semarang paling mendekati angka tersebut.
Menurut Walikota Hendrar Prihadi, S.E, M.M, sumbangan investasi terhadap pertumbuhan memang cukup signifikan. Investasi yang masuk ke Kota Semarang pada tiga tahun terakhir sudah menembus Rp 20 triliun sedangkan pada semester kedua 2019 ini sudah mencapai Rp 26 triliun.
Diperkirakan, investasi yang masuk pada tahun 2019 tembus sampai Rp 30 triliun. “Itu belum termasuk investasi jalan tol Semarang-Demak yang mencapai Rp 15 triliun,” katanya.
Ternyata sukses penumbuhan ekonomi di Kota Semarang tersebut, bukan bertumpu pada industruk manufaktur, meski industri garmen maupun furniture cukup kuat juga di kota ini.
Kota Semarang lebih fokus mengupayakan pada pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata sesuai dengan visi sebagai kota perdagangan dan jasa. “Kami yakin mengambil jalan pariwisata,” katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Hendi, pengerucutan ekonomi di sektor pariwisata dampak pertumbuhan ekonominya akan jauh lebih merata. Mulai masyarakat kecil, pengusaha rumahan,menengah, maupun besar sama-sama mendapat bagian, semua akan merasakan manfaatnya.
“Selain itu pariwisata senggolannya banyak, mulai dari mengatasi wilayah kumuh, kemiskinan dan pengangguran juga banyak berkurang,” katanya.
Bergerak Bersama
Konsep lain dalam menggerakkan ekonomi di Kota Semarang, karena pemerintah berkomitmen mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak bersama. Apalagi masyarakat juga bisa merasakan dan mendapatkan manfaat, sehingga mereka lebih mudah diajak untuk mengambil peran aktif.
Fokus pariwisata, tetapi menyadari Semarang tidak kaya distinasi wisata seperti Bali, Yogya, atau Solo, maka Pemkot bekerja keras untuk menciptakan destinasi baru.
Semarang menciptakan destinasi yang dulu tidak ada menjadi ada, seperti Semarang Bridge Fountain di Banjir Kanal Barat, atau meningkat obyek wisata Kelenteng Sam Poo Kong, Lawang Sewu maupun Kota Lama yang dulu tidak terawat menjadi lebih terawat.
Untuk menunjang pariwisata kami harus memperbaiki jalan, memperluas trotoar, mengatasi rob dan banjir, membuat kota bersih, dan sebagainya,” katanya.
Kota Semarang, dengan fasilitas hotel, tempat belanja, dan sebagainya menyadikan jasa untuk memfasilitasi kegiatan industry. Walaupun sampai sekarang sudah ada delapan Kawasan industri, tidak bertekad untuk menambah lagi.
Kaau ada yang ingin menanam modal di Semarang, dipersilakan untuk mencari lokasi di Demak, Kendal, atau Kabupaten Semarang, di Kota Semarang harga tanah dan tenaga kerja sudah mahal. “Di Semarang cukup kantor pusatnya saja, supaya pajak masuk di sini,” katanya.
Bebas Banjir dan Rob
Misalnya melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kota Semarang bisa mempercepat proyek-proyek infrastruktur. Beberapa di antaranya mengatasi rob dan banjir, selain juga infrastruktur jalan dan jembatan.
Mengenai persoalan rob, Hendi optimis teratasi dan titik-titiknya sudah terlihat. Misalnya di Tanjungmas, Dadapsari, dan Kuningan sering terkena rob dan banjir tetapi kini sudah teratasi. Bersama warga akan memantau bagaimana jika nanti sudah memasuki musim penghujan apakah infrastruktur yang ada bisa mengatasi persoalan tersebut.
“Warga tidak lagi mengeluh rob. Infrastruktur yang dibangun bukan hanya rekayasa engineering tetapi juga membangun kesadaran warga untuk merawat drainase,” katanya.
Soal banjir yang sedang diselesaikan mislanya di Tembalang. Ada perumahan besar berada di Tembalang yang berada di cekungan sehingga jika hujan deras maka air tidak bisa dibuang. Pemkota mengatasinya dengan membangun pompa dan membuat embung.
Sedangkan Semarang bagian Barat, Kali Beringin ini akan segera dikerjakan dinormalkan. Semarang juga sangat terbantu dengan normalisasi Banjir Kanal Timur (BKT), yang akan selesai pada 2020 ini.
“Terus terang Semarang bisa begini karna komunikasi yang baik antara kami pak gubernur dan pak presiden,” tambahnya. (Bambang Sartono)