Drs. Sinoeng Noegroho (Kadinporapar Jateng)
Jawa Tengah.Online — PEMERINTAH Provinsi Jawa Tengah terus mengeksplorasi potensi pariwisata daerahnya. Salah satunya adalah Borobudur yang sudah ditetapkan sebagai program super prioritas pembangunan sektor pariwisata oleh Pemerintah pusat.
Borobudur bersama Danau Toba, Labuan Bajo, dan Mandalika, merupakan destinasi wisata di Indonesia yang oleh pemerintah pusat akan dibangun secara lintas sektor dan terintegrasi pada tahun 2020.
Jawa Tengah sendiri telah menjadikan kawasan Borobudur bersama Kawasan Industri Kendal dan Brebes sebagai potensi unggulan untuk investasi dalam menopang pemtumbuhan ekonomi tujuh persen.
Ada empat strategi yang telah disiapkan Pemprov Jateng untuk ‘menjual’ Borobudur. Yang pertama adalah menjadikann Borobudur sebagai centrum pariwisata.
“Borobudur adalah ikon pariwisata Jawa Tengah, maka kebijakan Pemprov. dalam mengembangkan pariwisatanya kedepan adalah dengan membuat Borobudur-Borobudur lain “papar Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata (Dinporapar) Jawa Tengah Drs Sinoeng Noegroho Rachmadi pada Tabloid Jawa Tengah yang mewawancarai di Semarang baru-baru ini.
Kalau di level nasional ada kebijakan membuat Bali baru, maka dilevel regional, Jawa Tengah menciptakan “Borobudur baru” menurut Sinoeng tidak semata untuk pariwisata Borobudur secara unsich melainkan pariwisata Jawa Tengah secara global dengan menjadikan Borobudur sebagai centrum atau magnetnya.
Artinya membuat rangkaian destinasi wisata alternative yang menjadikan Borobudur, bisa sebagai tujuan awal, tengah atau akhir dari sebuah rangkaian pariwisata.Dicontohkan misalnya wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah, bisa diawali dari Masjid Agung, Kota Lama, Sampo Koong (Semarang), Dieng (Wonosobo) lalu ke Borobudur (Magelang). Atau bisa juga dimulai dulu dari Borobudur lalu ke Solo, Dieng, ke Sampo-Koong, Kota Lama, Masjid Agung (Semarang) dan seterusnya.
“Untuk itu strategi awal yang dilakukan adalah memperkaya alternative destinasi wisata selain Borobudur, dengan melakukan penguatan destinasi internal di Jawa Tengah, agar paralel dan bisa mendukung Borobudur sebagai destinasi super prioritas.
Strategi kedua ; yakni dengan menambah dan mengembangkan even baik yang berskala nasional maupun internasional di kawasan Borobudur. Untuk skala internasional mantan Kabiro Humas Pemprov Jateng, Borobudur masih jadi ikon, misalnya untuk pagelaran seni, budaya, musik, hingga dunia kreatif.
Berkaitan dengan langkah itu, dibutuhkan dukungan pemerintah pusat, kalangan dunia usaha dan komunitas seperi Event Organizer baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan Pemda untuk menyelenggarakan event di tempat destinasi tersebut.
“Artinya sampai pada sebuah konklusi, untuk menambah kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun manca negara ke Jawa Tengah tiada kata lain selain menyelengarakan event di tempat –tempat destinasi di Jawa Tengah ” papar mantan Kepala Satpol PP Pemprov Jateng.
Sedang strategi ketiga lanjut Kadiporapar Jateng adalah melalui soprt tourism yakni dengan penyelengaraan event melalu sportourism. Sama dalam hal ini yang dimaksud juga bukan tourisme unsich, tapi sebuah kolaborasi dimana sebuah event- olah raga, yang dikemas sebagai tourism sehingga memiliki daya tarik atau orang mau menonton.
Seperti penyelenggaraan Tour to Borobudur, Borobudur Marathon. Sehingga arang yang datang ke Borobudur bukan saj melihat orang yang lari, tetapi melihat marathon nya. Dan strategi keempat, mengajak masyarakat untuk memberdayakan even-even lokal pada setiap harinya lingkungan kawasan Borobudur, sehinga membuka ruang interaksi dengan mereka yang berkunjung ke- Borobudur.
Tourism Halal
Selain mengeskplor potensi besar Borobudur dengan berbagai even berskala internasional, Pemprov Jateng juga mulai serius menggarap potensi wisatawan dari negara Asia dan Timur Tengah melalui paket tourisme halal. Salah satunya dengan membangun Masjid Agung kedua di Kawasan Destinasi wisata Borobudur.
Menurut Sinoeng pembangunan Masjid Agung kedua itu akan dimulai tahun 2020 dan harapannya pembangunan selesai dalam satu tahun atau melalui multi year. Dengan adanya Masjid Agung, harapannya bisa membiri wacana lebih luas, bila Borobudur tidak hanya milik satu golongan saja tetapi juga milik masyarakat luas termasuk dalam kontek pariwisata.
Juga bisa sebagai penanda ada distinasi Islam di kawasan Borobudur, dan itu sebagai bentuk kolaborasi yang baik dimana ada nilai toleransi disitu dimana keharmonisan, hidup secara rukun dan dama sebagai cerminan Indonesia sebagai NKRI.Berbicara tentang konsep tourism halal, tambahnya ini juga sejalan perkembangan tren wisatawan yang berkunjung ke Indoensia. Selama ini wisatawan mancanegara yang dating ke Indonesia termasuk ke Jawa Tengah masih didominasi dari Asia, Jepang dan Eropa, sedang yang belum digarap adalah wisatawan dari Timur Tengah.
“Selama ini wisatawan dari Timur Tengah kunjunganya masih didominasi ke Malaysia, dan Vitnam. Padahal Indonesia adalah negara yang warga negaranya pemeluk Islam terbesar di dunia” papar Sinoeng.
Ini menjadi tantangan Jawa Tengah, dan konsep halal tourism yang ditawarkan adalah mouslem friendly; artinya keberpihakan dalam pemenuhan dan asksebilitas kepada para wisatawan muslim dimana saat melakukan kunjungan wisata, bisa melakukan intensitas ibadahnya dengan nyaman di lokasi destinasi wisata, apa itu tempat wudlu, tempat ibadah yang terpisah sesuai syariah. Dan juga terjamin kehalalalnya kulineranya.
“Ini yang akan kami terus dorong, dan konsekuensinya ke depan promo kami bukan lagi ke Eropa dank China, melainkan ke Timur Tengah, apakah di Abu Dhabi, Turki, dan negara Timur Tengah lainnya termasuk India yang memiliki potensi bisa mendatangkan wisatawan ke Indonesia.
Selama ini pintu gerbang wisatawan dari Timur Tengah masih ada di Malaysia dan Singapura. Oleh karenanya dalam pameran atau travel agen, Pemprov Jateng mengundang travel agen dari dua negara tersebut, termasuk di Kalimantan Barat, dimana yang juga menjadi pintu masuk para wisatawan dan Kucing ,Srawak, Brunai. Kongkritnya menambah paket wisata.
Harapannya ada kerjasama dalam penambahan paket wisata langsung Kalbar dan dan Jawa Tengah. “Terlebih dengan sudah adanya rute penerbangan langsung dari Kalbar ke Semarang lewat Bandara Ahmad Yani, akan menjadi daya tarik bagi wisatawan Asia atau Timur Tengah ke Jawa Tengah”jelasnya.
Selain dengan mitranya di Kalbar, Jateng juga membangun jejaring dan koneksi dengan para pelaku wisata di Lombok untuk menawarkan paket-paket wisata Jawa Tengah kepada para wisatawan dari Australia dan Selandia baru yang belakangan ini banyak berknjung ke sana.
Terkait dengan kunjungan wisatawan asing, menurut Kadinporapar Jateng yang masih menjadi tantanganya adalah Length of stay yang masih rendah tercatat baru 1, 3 hari, sedang untuk provinsi tetangga yaitu DIY sudah mencapai 2-3 hari.
Hal ini kata Sinoeng tidak membuat pesimis, berbagai upaya dicoba dilakukan untuk bisa memparpajang Length of stay para wisatawan mancanegra yang ke Jawa Tengah, dengan cara memperbanyak even dan atraksi serta merchandise.
“Jadi kalau Length of stay nya belum nendang, paling tidak spend of money bisa nendang, lewat pembelian merchandise yang bisa dibawa pulang, misalnya seperti batik, handy craf dan sebagainya”.terangnya.
Sebagai catatan target Target wisatawan mancanegara masuk ke Jawa tengah 667.000 (2018), dan target di 2019 (RPJMD) sebanyak 700 ribu. Namun dengan penambahan paket-paket ditinasi baru diharapkan target wisatawan asing masuk Jawa Tengah mencapi 900 ribu sampai 1 juta akan bisa dicapai.
Jawa Tengah sendiri telah mengelompokan paket destinasi wisatanya menjadi enam, masing-masing ; Tegal-Pekalongan, Semarang- Jepara, Rembang-Blora, Dieng-Borobudur, Solo-Sangiran dan Cilacap Banyumas.(*)
Bambang Sartono