JawaTengah.Online — Ketua DPRD Kota Pekalongan, Ny. Balqis Diab mengungkapkan, menumbuhkan ekonomi di wilayahnya menjadi sebesar 7 persen sesuai target Gubernur Jateng, bukanlah hal yang mudah. Walau begitu, Pemkot bekerjasama dengan legislatif terus berupaya mencapai target tersebut.

“Saat ini kami sedang melakukan upaya menaikkan angka pertumbuhan ekonomi dari 5,69 di tahun 2018 persen menjadi 7 persen. Berbagai cara kami lakukan, utamanya menggenjot sektor industri,” tuturnya ketika menjadi narasumber dalam Seminar ‘Menumbuhkan Ekonomi Jawa Tengah 7 persen’ yang diselenggarakan Taboid Jawa Tengah bekerjasama dengan panitia rHUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Semesta Semarang, 11 November 2019.

Industri batik snagat dominan di Kota Pekalongan. Karenanya Pemkot Pekalongan sejak tahun 2017 berupaya melibatkan langsung warga masyarakat untuk membangun Kampung Kreatif, Kampung Batik, dan Kampung Budaya. Khusus produk andalan, diakui masih terfokus pada produk-produk TPT (tekstil dan produk tekstil), terutama produk batik.

Pemkot memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan produk dan pemasaran batik. Karenanya tidak mengherankan kalau jumlah UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) di bidang batik terus meningkat. Hampir di setiap kampung di Kota Pekalongan selalu ada industri batiknya. Dan kegiatan tersebut merupakan bisnis turun temurun yang potensial.

Pasar Batik

Untuk mendukung pemasarannya, Pemkot menyediakan 10 pasar rakyat yang menggelar aneka macam kain batik. Mulai dari batik printing, cap, maupun batik tulis. Di samping menyelenggarakan event-event pameran, baik tingkat lokal, regional maupun nasional. Bahkan lokasi pameran juga sudah disediakan secara permanen. Sedangkan harga batik yang digelar, sangat bervariasi. Dari puluhun ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.

Tidaklah mengherankan, apabila konsumennya juga terdiri dari masyarakat lapisan bawah, menengah, dan atas. Kegiatan usaha di sektor batik ini, juga banyak membuka lapangan kerja. Mulai dari tukang batik, bagian produksi, bagian menjahit, dan pemasaran. Sehingga secara tidak langsung mengurangi angka pengangguran dan sekaligus angka kemiskinan.

Batik juga mengundang wisatawan yang memang ke Pekalongan khusus untuk belanja. Apalagi sekarang mudah dijangkau, baik dengan kereta api, juga tol sudah lancer. Dampanya konsumen batik ini juga meramaikan objek-objek wisata lain, baik wisata alam, wisata buatan, maupun wisata religius. Saat ini tercatat ada 27 objek wisata, satu di antaranya wisata religius.

“Kereta api yang berhenti di Kota Pekalongan dalam setiap harinya, ada 44 trip yang datang dari berbagai penjuruarah Jakarta maupun Surabaya,” kata isteri mantan Walikota Pekalongan Mohamad Basir Achmad ini.

Heru LS