Oleh : Bambang Sadono

JawaTengah.Online — Saya mengenalnya ketika masih sama-sama kuliah di Universitas Diponegoro Semarang, tahun 1978. Saya mahasiswa baru di Fakultas Hukum Undip, Pak Bimo sudah beberapa tahun menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran. Kami dipertemukan karena sama-sama menjadi wartawan kota di Harian Suara Merdeka. Pak Bimo dengan kode S-9 untuk berita-berita yang ditulisnya, dan saya  dengan kode S-10.

Badannya tinggi besar, kendaraannya vespa, dan selalu pakai topi. Awal saya menjadi wartawan masih naik sepeda. Rumah sama-sama di Sampangan, saya di Pegandan, Pak Bimo di Sampangan Baru. Kalau saya naik sepeda, biasanya sepeda saya titipkan di RS Kariyadi, atau di Pasar Bulu. Kemudian ganti naik angkot atau bis kota. Kalau dari kantor buru-buru ada tugas, Pak Bimo dengan senang hati ngantar saya, walaupun dia tidak bertugas. Kadang ditinggal, bisa juga ia ikut menunggu walupun dia hanya menemani. Misalnya ketika saya meliput pemilihan Bintang Radio di RRI Semarang.

Pak Bimo wartawan yang rajin, karena kami bukan karyawan tetap di Suara Merdeka, honorariumnya diperhitungan sesuai dengan berita yang dimuat. Maka dari daftar honorarium itulah kelihatan siapa yang rajin, atau bahkan paling rajin membuat berita. Ia menulis apa saja, pernah menulis berita-berita kriminalitas, maka banyak koleganya di kepolisian. Bencana alam merupakan berita-berita yang banyak ditulis. Kami pernah bergantian pergi meliput bencana gas beracun di Dieng. Juga banjir di berbagai tempat, khususnya di Semarang. Bahkan pendopo Kanjengan ambruk di Gunung Talang Sampangan, saya meliput bersama pak Bimo.

Pramuka dan Penerbangan

Sampai akhirnya lulus dokter pun, Pak Bimo lebih dikenal sebagai wartawan siaga. Wartawan yang siap diterjunkan di medan-medan yang menantang. Itu sesuai dengan minatnya untuk selalu berada di lapangan, karena itu ia aktif di kegiatan Pramuka, SAR, kegiatan polisi, militer, dan menyukai dunia penerbangan. Bahkan Pak Bimo juga ikut Latihan terjun payung, dan banyak meliput kegiatan penerbangan yang lain, misalnya kegiatan Penerbad yang pusatnya di Semarang.

Tidak ada wartawan atau narasumber yang tidak suka pada pak Bimo. Selain ringan tangan, suka menolong, juga humoris, dan suka bercanda. Bahkan ia juga pandai menggambar kartun. Kesukaannya menggambar kartun yang bertema militer atau wayang.

Menulis Wayang Mbeling

Ketika saya membuka rubrik wayang mbeling di edisi minggu, awal awalnya saya yang banyak menulis dan dibantu Pak Bimo. Kalau saya suka pakai nama samaran Dalang Soponyono, Pak Bimo menggunakan nama samara yang mirip, yakni Dalang Sopongiro.

Ketua PWI Tegal  

Ketika sama-sama masih jadi wartawan di lapangan, sering ketemu di Balai Wartawan Simpang Lima. Pernah suatu saat pak Bimo berangan-angan,“Besuk saya yang jadi ketua PWI dan mas Bambang Sekretarisnya” katanya.

Akhirnya cita-cita itu kesampaian, pak dokter Bimo pindah ke Tegal menyusul isterinya dokter Sumaryati yang lebih dulu jadi kepala Puskesmas. Pak Bimo tetap aktif sebagai wartawan, Pramuka, SAR, PMI, selain begai dokter. Bahkan sempat terpilih menjadi ketua PWI Tegal.

Saya beberapa kali mampir di Tegal. Baik ketika masih tinggal di rumah dinas, maupun rumah pribadinya. Namun Pak Bimo sudah mulai sakit, pernah terserang stroke.  Mungkin tiga atau empat bulan yang lalu, saya bujuk untuk saya wawancara tentang pengalamannya sebagai wartawan, untuk saya tayangkan di kanal youtube. Namun Pak Bimo menolak, karena merasa tidak bisa bicara lagi dengan jelas.

Namun saya mengikuti postingannya di grup WA yang selalu meriah. Baik mengenai info aktual, maupun hobinya menampilkan foto-foto otomotif. Saya menikmati joke-joke nya yang selalu mengingatkan almarhum sebagai orang yang optimis dan periang.

Mungkin hanya beberapa hari terakhir absen posting di grup WA, kabar yang menyedihkan itu datang. Pak Bimo wafat. Lewat tulisan ini saya ingin bersaksi, terutama bagi keluarga dan anak isterinya, dokter Bimo Bayuaji, orang baik yang berdedikasi bagi profesi wartawan dan dokter, yang sama sama mengabdi pada masyarakat dan kemanusiaan.  Selamat jalan sahabat.

Semarang, 16 Juni 2021.