SOLO,jawatengah.online: Lonjakan yang tinggi kasus Covid 19 di Kota Surakarta beberapa hari terakhir ini, membuat terhenyak banyak pihak. Khususnya Walikota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo.

Karena dipandang sudah sangat serius, ancaman yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya penyebaran virus Corona itu, Rudi menyebutnya Solo menjadi zona hitam dalam penanganan pandemi Covid 19.

Walaupun menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dr. Siti Wahyuningsih, sebenarnya tidak ada terminologi kesehatan mengenai zona hitam.
Bahkan sesungguhnya indeks kesehatannya masih zona kuning menuju merah.

“Namun pernyataan Walikota Solo itu harus dimaknai sebagai peringatan keras agar masyarakat Solo lebih waspada karena kecepatan penyebaran klaster RS dr. Moewardi memang cukup mengkhawatirkan” jelas dr Siti..

Dikatakan Kadinkes Surakarta, dibanding kota lain di Jawa Tengah kasus Covid -19 di Solo masih relatif rendah. Total penderita Covid di Solo ada 60 penderita, baik itu penderita yang positif covid maupun ODP..

Bahkan dalam tiga minggu terakhir jumlah kasus Covid 19, baik penderita positif maupun ODP kasusnya cenderung turun. Sampai terjadi lonjakan kasus setelah penemuan kasus baru di RS Dr Moewardi Surakarta.

“Selama delapan hari tak ada kasus. Baru tanggal 10 Juli ada kasus 2.18 dan pada Minggu, 12 Juli terjadi 18 kasus, 15 cluster di RS Muwardi), tiga dari pasien umum” papar dr. Siti.

Dokter Siti mengungkapkan, dia tidak mempersoalkan adanya statemen yang menyebutkan Solo masuk Zona Hitam, dia bersikap secara profesional melihat persoalannya dari kacamata kesehatan.

“Yang menjadi tugas prioritas kami, termasuk gugus tugas Covid -19 Surakarta adalah bagaimana secepatnya bisa segera memutus mata rantai penyebaran Covid- 19 tersebut agar tidak bertambah luas” jelas dr.Siti.

Masih Ada yang Ndableg.

Dalam soal penanggulangan Covid 19, Walikota Surakarta memberi perhatian besar. Tiada hari tanpa dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan Covid -19.

”Namun rupanya, masih ada masyarakat yang ndableg, tidak mematuhi himbauan bapak Walikota, untuk menjalankan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, pakai masker dan mengatur jarak, dan sebagainya.”terangnya.

Menyinggung soal adanya cluster baru Covid-19 di RS Dr Moewardi dan meninggalnya anggota DPRD Jateng asal yang diketahui juga karena terpapar Covid-19, sehingga menyebabkan Solo ramai dibicarakan, Dr. Siti mengatakan tentu bukan karena itu saja.

“Memang anggota DPRD Jateng itu pendududuk Solo, tapi kan aktivitas almarhum tinggi, tidak hanya di Solo, tapi juga di luar Solo. Dimana dia tertular, dan ditulari itu, yang harus segera ditracing dan diputus. “. ungkap dr Siti.

Menurutnya bukan soal dimana alhamrhum itu tertular, tapi potensi menularkan ini yang harus segera diputus.

Tentang solusi apa akan dilakukan Pemkot Solo dan stake holder pemangku tugas penanggulangan Covid -19 di Kota Bengawan itu, informasi bisa diikuti dalam perbincangan dr. Siti Wahyuningsih bersama Bambang Sadono di Chanel Youtube Inspirasi Jawa Tengah. (Bambang Sartono/01