• Regional CEO Bank Mandiri Jateng & DIY Maswar Purnama
SEMARANG, JAWA TENGAH.ONLINE : DENYUT pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dari sudut keuangan perbankan, bisa dirasakan dalam tiga tahun terakhir ini. Bahkan dua tahun terakhir pertumbuhan ekonominya di atas nasional.
Kegiatan perekpnomian bisa dipantau dari kinerja perbankan, mislanya tumbuhnya besaran krdit produktif, karena berkembangnya sektor industri yang cukup massif.
Bahkan dalam tiga tahun terakhir, banyak relokasi dari kawasan Jabodetabek ke Jawa Tengah, terutama industri padat karya, seperti garmen, alas kaki, dan sebagainya.
Regional CEO Bank Mandiri Jateng & DIY Maswar Purnama, menyebut kesiapan sumberdaya manusia termasuk faktor upah yang sangat kompetitif menjadi daya tarik bagu para investor untuk memindahkan binisnya di Jawa Tengah.
Juga bagi investor baru untuk memilih provinsi ini, daripada provinsi yang lain. Efisiensi biaya di pos tenaga kerja bis adihemat sampai 50 persen, dan ini dampaknya snagat besra, karena komponen biaya dalam prduksi industri padat tenaga kerja, bisa smapai 30 persen.
Faktor berikutnya adalah adanya infrastruktur yang luar biasa di Jawa Tengah. Beberapa tahun terakhir ini ada perubahan yang sangat drastis, misalnya selesainya Bandara Ahmad Yani yang baru dan jalan tol Trans Jawa yang melintasi kota-kota di pantura termasuk Tegal-Semarang- Solo.
Selain pertumbuhan itu dirasakan disektor perbankan, juga mudah dilihat dengan tumbuhnya bisnis kuliner dan akomodasi.
“Bermunculannya horeka (hotel, restoran , dan kafe), menjadi indikasi adanya pertumbuhan,” kata pria berdarah Minang kelahiran Purwokerto, 15 Juli 1967 ini.
Jawa Tengah khususnya Kota Semarang ini, katanya, masih akan tumbuh lagi, seiring dengan akan dibangunnya jalan tol Bawen-Yogya, Solo-Yogya, dan Yogya Cilacap. Apalagi jika pelabuhan juga sudah ditingkatkan kapasitasnya.
Tetapi untuk tumbuh 7 persen sangat menantang. Untuk mencapai ke sana, ada beberapa tahapan. Tahapan pertama sudah dilakukan oleh Gubernur Ganjar Pranowo, yakni penyiapan infrastruktur.
“Mungkin untuk 5-10 tahun ke depan bisa saja tercapai pertumbuhan 7 persen untuk Jawa Tengah,” katanya.
Kredit Naik
Salah satu indikasi darai pertumbuhan di sektor perbankan bisa dilihat dari naiknya kredit usaha. Bank Mandiri yang di Jawa Tengah mempunyai market share sekitar 11 persen, pada tahun 2019 penyaluran kreditnya naik sampai 14 persen, mencapai angka Rp 20 triliun.
Tidak hanya terbatas pada kredit untuk korporasi besar yang menjadi pasar utamanya, tetapi sekitar 24 persen disalurkan untuk usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM), dengan total nasabah sekitar 700 ribu.
Pihaknya saat ini juga menaruh perhatian pada nasabah mikro, dengan memberikan pelatihan-pelatihan pendidikan khusus kepada mereka. Training pembukuan keuangan, cara packaging yang higienis dan cara mengawetkan makanan dengan bekerja sama bersama perguruan tingga setempat.
”Kami percaya masyarakat mikro tidak cukup diberi kredit saja. Paling utama ke mereka adalah mengubah mindsetnya, jangan merasa kecil terus. Memberikan training khusus dan motivasi,” katanya.
Istimewanya, Bank Mandiri di Jawa Tengah memiliki kualitas kredit yang terbagus di Indonesia, karena Non Performing Loan (NPL)-nya tergolong rendah. Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) juga bagus, kualitas kreditnya paling baik di mana NPL-nya hanya 0,4 persen.
Sepanjang 2019 Bank Mandiri di Jawa Tengah sudah menyalurkan Rp 13 triliun untuk KUR kepada hampir 1,2 juta orang.
Kartu kredit Bank Mandiri juga tumbuh cukup baik, di mana NPL di bawah dua persen. Kalau di luar negeri NPL kartu kredit mencapai 10 persen. Dengan bunga kartu kredit sebesar 35 persen, NPL 10 persen sebenarnya tidak masalah.
“Tetapi kalau kartu kredit Bank Mandiri NPL-nya sampai 10 persen nanti ditegur oleh OJK dan dianggap tidak teliti dan hati-hati dalam memberikan kartu kredit,” kata alumni Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada tahun 1991 ini.
Demikian juga perkembangan Bank Syariah Mandiri, cukup baik tumbuhnya di Jawa Tengah. Secara nasional pada 2019 Mandiri Syariah meraup laba Rp 1,2 triliun dan menyumbang laba terbesar kedua dalam Bank Mandiri Grup.
Indikasi jika pertumbuhan di Jawa Tenga cukup baik, pada awal Januari 2020, dibuka kantor wilayah yang mandiri, karena sebelumnya Bank Syarihan Mandiri di Jawa Tengah menginduk ke Jawa Barat.
Insentif Khusus
Menurut Maswar, dalam hal kemudahan perizinan, Jawa Tengah termasuk yang terbaik di Indonesia. Tetapi investor investor ingin yang lebih baik dan lebih cepat, dengan biaya yang jauh lebih murah.
Untuk menarik lebih banyak investor, untuk penanaman modal dalam negeri maupun asing bisa diusahakan ada insentif dalam perpajakan. Mislanya dalam tiga sampai lima tahun diberi kebabasan pajak.
“Pembebasan atau keringanan pajak bisa diusulkan ke pemerintah pusat, karena kalau pertumbuahna ekonomi Jawa Tengah berhasil, dampaknya juga ke tingkat nasional,” katanya.
Selain berbagai faktor yang bisa diusahakan, Jawa Tengah memang mempunyai dua faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi secara seimbang, yakni potensi sumber daya alam, mauun sumber daya manusianya, cukup memadai.
“Dari dulu Jawa Tengah, di kenal sebagai pusat pendidikan, sehingga SDM-nya cukup bagus,” katanya.
Selain menyiapkan sumberdaya yang andal, tingkat pendidikan yang tinggi juga akan melahirkan grup think tank, yang akan menumbuhkan banyak kreativitas. Karenanya banyak harapan agar Jawa Tengah ini menjadi pusat pertumbuhan baru.
Mengenai budaya dan etos kerja masyarakat Jawa Tengah, pasti akan menyesuaikan dengan kultur industri. Menurutnya dalam lima tahun terakhir banyak perubahan karena banyak pengusahaan asing masuk. (01)
• Bambang Sartono