KAJEN, Jawa Tengah.Online ; PERTUMBUHAN ekonomi di wilayah Kabupaten Pekalongan, tergolong lebih baik dibanding rata rata Jawa Tengah, maupun Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2018, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan tercatat 5,76 persen, dan merupakan ranking ke-11 di antara 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penyumbang pertumbuhan tersebut, tidak hanya kegiatan industri, wisata, tetapi juga kegiatan di sektor pendidikan tinggi.

Dari industri yang banyak menyumbang pendapatan antara lain industri tekstil, termasuk garmen. Misalnya di bidang produksi batik, Kabupaten Pekalongan yang paling besar, lebih besar dari Solo atau Yogya. Kalau Kota Pekalongan lebih banyak dikenal sebagai kota penjualan batik, tetapi prduksinya ada di kabupaten Pekalongan. Bahkan di wilayah kabupaten ini tidak hanya diproduksi batik, tetapi juga kain sarung, dan bahan jeans, aneka sepatu, dan sebagainya.

Kabupaten Pekalongan merupakan pemasok terbesar untuk batik, sarung, dana jeans di tingkat nasional. Ada sekitar 43 ribu perajin dan pabrik yang memproduksi batik, dan sekitar 120 usaha pencucaian jeans, dan produk tekstil yang lain. Sebagai daerah industri tekstil yang limbahnya bisa menganggu kenyamanan lingkungan, tentu saja Pemkab Pekalongan mengutamakan kebersihan lingkungan untuk menjaga kesehatan masyarakatnya. Antara lain melalui Dinas Perumahan, Permukiman, dan Lingkungan Hidup menyiapkan mobil tanki khusus untuk membuang imbah, yang bisa dimanfaatkan para perajin batik atau jeans.

Perselisihan dengan masyarakat sekitar pabrik atau pengusaha jeans wash, sering terjadi seperti di desa Pegaden Tengah, Kecamatan Wonopringgo. Konflik tersebut menyebabkan Pemkab Pekalongan akhirnya menutup tujuh usaha cucian jeans yang limbahnya dianggap mencemari lingkungan. “Karena menyangkut perut banyak orang jadi harus berhati-hati menangani soal ini,” kata Asip, yang menyatakan akan maju lagi dalam Pilkada serentak tahun 2020 ini.

Kelola Limbah Tekstil

Limbah pengolahan tekstil biasanya langsung dibuang di sungai terdekat. Dampaknya selain sungai berwarna keruh, juga menimbulkan bau yang tidak sedap. Karenanya, pemkab selalu mengingatkan motto ‘Kaline resik, rejekine apik’. Walaupun dulu masyarakat wilayah Buaran, Tirto, dan Wiradesa pernah berfikir biar “kaline kotor,asal rejeki ngglontor”.

Untuk menyelesaiakan masalah limbah ini, Pemkab sudah menyiapkan pusat Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), yang siap menampung semua limbah cucian jeans, di Desa Simbang Kulon Kecamatan Buaran. Menurutnya, pemilik usaha cucian jeans sudah saatnya membuang limbahnya pada pusat IPAL yang ada, bukan lagi ke sungai seperti yang selama ini dilakukan. Setiap hari IPAL ini bis amenampung sekitar 250 tanki limbah cair.

“Sudah bukan lagi zamannya usaha lancar sungai tercemar,” katanya.
Bahkan untuk mengajak masyarakat menjaga membersihkan sungai) yang tercemar oleh limbah industri jeans, batik, konveksi dan printing, Bupati memperkenalkan melaunching gerakan “Ayo Resik-Resik Kali.” Gerakan ini dilaksanakan setiap hari Jumat, sambal berolahraga. Disediakan hadiah bagi yang berhasil mengumpulkan sampah paling banyak. (bst/01)