SUDUT PANDANG: Catatan Kritis Bambang Sadono

Di bawah bayang-bayang resesi dunia – Dalam dua bulan terakhir ini saya bertemu dengan beberapa bupati dan wali kota di Jawa Tengah. Saya mengajak mereka berdiskusi tentang program pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tujuh persen, seperti dicanangkan Gubernur Ganjar Pranowo.

Sebagian besar kepala daerah setuju, mendukung, dan yakin bisa mencapai target tersebut dalam waktu 2-3 tahun mendatang. Mereka bersemangat untuk membuat program dan kebijakan agar target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai.

Misalnya Bupati Batang Wihaji. Meski pertumbuhan ekonomi daerahnya sampai akhir tahun 2018 masih 5,72 persen, dia tetap optimistis. Dampak kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang siap menjamin pasokan energi listrik diharapkan bisa menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Batang.

Ada investasi, berarti ada lapangan kerja baru, ada tambahan pendapatan, dan memperkuat daya beli. Ujung-ujungnya meningkatkan daya beli masyarakat. Itulah teori Wihaji.

Yang tak kalah menarik adalah apa yang dikerjakan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi. Ia menjadikan daerahnya sebagai alternatif pusat pendidikan tinggi. Sudah ada delapan perguruan tinggi, beberapa di antaranya universitas dan kampus terpisah, yang memilih lokasi di Kabupaten Pekalongan.

Berbagai kemudahan pun disiapkan, antara lain dengan fasilitas lahan yang cukup. Teorinya, kampus perguruan tinggi setidaknya akan berdampak pada dua hal. Pertama, bisa meningkatkan sumber daya manusia (SDM) setempat. Kedua, mendatangkan dampak ikutan ekonomis bagi masyarakat di sekitar kampus, untuk memenuhi berbagai kelengkapan sarana dan jasa yang diperlukan.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat menerima Tabloid Jawa Tengah di ruang kerjanya. Diskusi panjang soal pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.

Kabupaten Tegal di bawah arahan Bupati Ny. Umi Azizah, menonjolkan potensinya sendiri yang unik. Pertama, menyediakan Kawasan Industri yang khusus menangani produksi spare part / suku cadang otomotif, baik mobil maupun motor. Saat ini sedang terjadi migrasi industri dari Jawa Barat ke Tegal, bekerja sama dengan para Agen Pemegang Merek (APM).

Kedua, Kabupaten Tegal juga dipilih sebagai lokasi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) seperti yang berkembang di Eropa. Sebuah perusahaan Prancis telah menyatakan komitennya untuk membangun PLTB senilai Rp 2 triliun, dengan luas lahan hampir mencapai 40 hektare.

Fokus Pariwisata

Bupati Karanganyar Juliyatmono mempunyai strategi untuk menampung kebutuhan lahan industri di Kawasan Solo Raya. Lahan yang tersedia masih memadai, sehingga masalahnya harus menata ulang tata ruangnya.

Penataan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) disesuaikan dengan kebutuhan untuk menampung industri. Di sisi lain, harus menjaga lahan pertanian pangan agar lestari. Pergeseran zona peruntukan lahan inilah yang menjadi salah satu strategi Karanganyar untuk memacu pertumbuhan industri.

Ada juga daerah yang memang tidak berencana memacu pertumbuhan industri, misalnya Kabupaten Banjarnegara. Bupati Budhi Sarwono tegas-tegas tidak mengandalkan investasi di bidang manufaktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Dia menyadari daerahnya merupakan kawasan pertanian, sehingga khawatir banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan sebagai lokasi indusri. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dia menetapkan pariwisata sebagai sektor andalan lainnya. Mulai dari pengembangan destinasi wisata, menyiapkan kuliner dan oleh-oleh, sampai mengedukasi masyarakat untuk mengembangkan desa wisata, home stay, dan sebagainya.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan tegas menyatakan pariwisata sebagai lokomotif untuk menumbuhkan perekonomian di daerahnya. Dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,52 persen, Kota Semarang paling dekat dengan target Jawa Tengah.

Menyadari harga lahan yang mahal, sehingga tidak kompetitif, Kota Semarang tidak mungkin memacu industri manufaktur. Membangun infrastruktur dan destinasi wisata lebih diprioritaskan. Pariwisata bisa mempercepat peningkatan pendapatan dan mengurangi kesenjangan, karena dampaknya bisa merata. Mulai dari pengusaha besar sampai industri rumahan dan pedagang kaki lima bisa ikut menikmatinya.

Wali Kota Tegal Dedi Yon Supriyono juga memilih menjadikan daerahnya sebagai kota perdagangan dan jasa. Fungsinya memfasilitasi penanaman modal dan pembangunan kawasan industri di daerah-daerah sekitarnya seperti Kabupaten Tegal, Brebes, dan Pemalang.

Kota Tegal yang mempunyai stasiun kereta api dan pelabuhan, serta fasilitas akomodasi hotel, pusat belanja, dan sebagainya, pasti sangat dibutuhkan perannya. Ini bisa membantu meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi.

Bayang-bayang resesi

Semangat dan tekat untuk menumbuhkan ekonomi sudah dihayati para “panglima pembangunan” di lapangan, yakni bupati dan wali kota, sesuai anjuran, harapan, dan kebijakan nasional. Pemerintah pusat dan provinsi pasti mendukung dengan berbagai kebijakan, fasilitas, serta pendanaan. Apalagi banyak sumber dan kebijakan pendanaan yang dikendalikan provinsi, dan terutama di pemerintah pusat.

Meski semangat di tingkat bawah luar biasa, harus disadari bahwa menumbuhkan ekonomi saat ini adalah tidaklah mudah. Apalagi setting perekonomian dunia saat ini sedang memburuk. Seperti yang sering dikemukakan Presiden Joko Widodo, Indonesia beruntung masih bisa menumbuhan ekonomi di atas lima persen.

Memasuki tahun 2020, sudah banyak negara yang tumbuh di bawah dua persen, atau tidak tumbuh sama sekali. Bahkan ada yang akan masuk ke situasi resesi, atau sudah sampai tahap resepsi.

Dalam situasi seperti ini, maka jika para bupati dan wali kota berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing, mereka bukan saja pimpinan daerah yang berhasil, tetapi juga pahlawan-pahlawan ekonomi yang pantas dibanggakan dan layak diberi penghargaan. (*)