64 tahun Undip, Belajar, Berkarya dan Berbhakti untuk Bangsa
Laporan : Redaksi
SEMARANG- Dekan Sekolah Vokasi Undip, Prof. Dr. Ir. Budiyono MSi mengatakan program yang dibuka saat ini adalah Sarjana Terapan, yang kelebihannya selain mendapat keahlian, ketrampilan, juga mendapat gelar dan bisa studi lanjut sampai doktor.
Semua program vokasi di berbagai fakultas dijadikan satu. Selain kampus utama di Semarang, juga dibuka kampus di Demak, Rembang, Batang, dan Pekalongan.
Kenapa Undip mengembangkan Sekolah Vokasi, sebagaimana diungkapkan Budiyono kepada Bambang Sadono di Chanel You Tube Inspirasi Untuk Bangsa’’ bila pengembangan program sarjana terapan merupakan kebijakan yang selaras dengan status Undip sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).
Dengan fokus pada jenjang D4, maka kegiatan-kegiatan yang menghasilkan paten, publikasi jurnal, pengembangan riset, dan inovasi bisa dilakukan secara maksimal. Kebijakan mengembangkan program sarjana terapan juga sesuai dengan kebijakan nasional Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud.
“Terhitung sejak tahun 2019 kami sudah tidak menerima lagi mahasiswa program D3. Untuk kampus utama hanya menerima mahasiswa untuk program sarjana terapan atau D4,” Dia mengaku, saat ini ada 4 Departemen dengan 11 Prodi Sarjana Terapan di Sekolah Vokasi Undip. Lewat dua jalur Ada dua jalur untuk masuk ke Sekolah Vokasi Undip, yakni Penerimaan Seleksi Siswa Berpotensi (PSSB) dan jalur Ujian Mandiri (UM).
Disebutkan Budiyono pendidikan di Indonesia memiliki tiga bentuk yakni, Akdemik, Vokasi dan Profesi. Pendidikan akademik focusnya pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan vokasi, focus pada pengembangan ketrampilan dan keahlian tertentu.
Sedang pendidikan profesi, pendidikan yang memfokuskan pengembangan bidang tertentu yang memerlukan keahlian aotomatika, seperti dokter, akuntan dsbnya. Pendidikan Vokasi sebenarnya sudah dikenal lama, dulu misalnya ada Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), tingkat SMP ada ST (Sekolah Teknik), SMP itu pendidikan akademik, sedang SMEP dan ST itu pendidikan vokasi. Lalu berlanjut ditingkat lebih atas ada SMEA dan STM.
.
“Secara substansial sama dengan tahun-tahun lalu. Hanya dulu pendidikannya belum focus. D-3, mengikuti pendidikan S-1, hanya waktunya dikurangi setahun. Mestinya berbeda sesuai dengan filosofi pendidikannya” terang Budiyono.
Disebutkan pendidikan vokasi itu lebih ditekankan pada pendidikan ketrampilan dan keahlian. Sehingga divokasi perbandingan materinya teori 40 persen, praktek 60 persen. Sementara akademik, teori 60 persen, praktek 40 persen. Hanya jaman dulu prosentasinya sama antara vokasi dan akademik” tutur Budiyono.
Di Undip setelah menjadi PTNBH 2015-2016, pendidikan akdemik dan vokasi terpisah. Di Undip semua pendidikan vokasi dikumpulkan menjadi satu menjadi sebuah fakultas yang dinamakan Sekolah Vokasi dan Budiyono mendapat amanah menjadi Dekan.
Link And Macht
Tentang persoalan out put pendidikan yang sempat jadi perdebatan antara focus menyiapkan lulusan atau link and match, Budiyono mengatakan di era menteri sekarang perbedaan antara pendidikan akademik dan vokasi ini tipis. Yang namanya link and macht di pendidikan vokasi itu hal yang biasa.
Menurutnya, bagaimana mengenalkan mahasiswa dengan dunia kerja, dengan dunia industry seluas-luasnya sudah ada pada pendidikan nasional, sehingga kurikulum di pendidikan vokasi selalu didesain bersama-sama dengan kalangan industry.
“Hanya oleh Mendikbud sekarang Pak Nadiem, pendidikan akademik kurang memiliki arah kesana. Maka kemudian jurusan akademik dikenalkan dengan program Merdeka Kampus Belajar, itu lebih nuansa vokasional. Sehingga menjadi tipis antara pendidikan akademik dan vokasi. Ujungnya sama menyiapkan mahasiswa yang lulus akan siap kerja, baik itu lulusan akademik dan vokasi, yang beda hanya kerja dan lapangan kerjanya “ lanjut Budiyono.
Sekarang pendidikan vokasi sudah bisa dikembangkan mulai D-1, D-2, D-3, D-4, bahkan juga sudah ada S-2 terapan, S-3 dan bisa juga menjadi professor terapan. Sehingga level pendidikan antara vokasi dan akdemik sekarang sudah jelas, sama dan setara.
Hanya bedanya, wilayah pendidikannya, kalau akdemik focus pada pengusaan ilmu dan teknologi, sedang vokasi focus pada keahlian dan ketrampilan.
Menyingung soal respon masyarakat, baik saat masuk maupun menerima lulusan pendidikan vokasi,
Budiyono menyebut kedepan prospeknya semakin menjajikan. Dikatakan Budiyono di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat mendewakan gelar. Sehingga saat itu jurusan D-1, D3 itu tidak begitu menarik, karena tidak gelar di depan.
Namun sekarang setelah menjadi lulusannya menyandang gelar S-1 terapan dan siap kerja menjadi lebih menarik dan sangat idial. Karena sudah ada gelar yang didepan, juga siap kerja.
“Bahkan muncul anggapan, apalah artinya title kalau tidak siap kerja. Ini yang membuat peminat masuk pendidikan terapan semakin lama semakin banyak “ papar Budiyono.
Mengenai respon masyarakat terhadap pendidikan vokasi Undip sangat tinggi. Hal ini bisa terlihat dari antusiasme dari beberapa Pemerintah Kabupaten di Jawa Tengah, seperti Batang, Pekalongan, Demak dan Rembang yang siap menghibahkan tanah/lahan untuk dibangun kampus Undip.
“Dengan dibangunnya Kampus Undip di daerah, perkembangan daerah tersebut mejadi semakin signifikan. Dan yang pertama diminta Pemkab pendidikan vokasi baru kemudian pendidkan yang lain, menyesuaikan kebutuhan daerah” terang Budiyono.
Dari sisi kebijakan pendidikan vokasi juga mendapat angin segar. Sesuai dengan poleci Dirjen Pendidikan Vokasi, kedepan pendirian PT Vokasi akan terus didorong dan dipermudah, sedang untuk jurusan akademik dibatasi. Sehinga ke depan jumlah mahasiswa Vokasi akan semakin banyak.
Sekolah Vokasi merupakan penggabungan dari Program Diploma yang ada di tataran fakultas di lingkungan Undip. Sekolah Vokasi resmi berdiri pada tahun 2016 dan terbagi dalam 4 departemen, yaitu (1) Teknologi Industri, (2) Sipil dan Perencanaan, (3) Ekonomi dan Keuangan, serta (4) Budaya dan Informasi.
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) fokus mengembangkan 11 program studi (Prodi) D4 atau sarjana terapan yang saat ini dikelolanya.
Jalur PSSB adalah penerimaan mahasiswa program sarjana terapan melalui prestasi nilai raport. Jalur penerimaan UM terbuka untuk semua siswa sekolah SMA, SMK, MA dan yang sederajat, termasuk lulusan program persamaan atau Paket C.7
Di Tahun Akademik (TA) 2021/2022 Sekolah Vokasi Undip akan menerima 1.540 mahasiswa. Dengan rincian Departemen Teknologi Industri sebanyak 440 mahasiswa dan Departemen sipil dan Perencanaan sebanyak 300 mahasiswa. Lalu ada Departemen Bisnis dan Keuangan sebanyak 480 mahasiswa dan Departemen Informasi dan Budaya sebanyak 320 mahasiswa. “Jumlah mahasiswa yang diterima itu sudah diatur berdasarkan surat keputusan rektor,” tambah Budiyono.
Pengembangan Tutorial
Menurut Budiyono ada sekitar 7000 mahasiswa menempuh pendidikan di Sokolah Vokasi Undip. Dengan segudang pengalaman UNDIP dengan didukung Menejemen sudah bagus, keluwesan Undip sebagai PTNBH, penerapan otonomi akademik dan non akademik tidak mengalami kesulitan Undip dalam pengelolaan Sekolah Vokasi
“Ini yang menjadi modal, meski awalnya cukup berat, karena didorong dengan kerja ihklas, serta semangat demi untuk anak-anak bangsa, maka semua tugas itu terasa ringan “ ungkap Budiyono.
Menyinggung pelaksanaan pendidikan,selama pandemi Covid-19, diakui Budiyono menyebabkan kegiatan praktek mengalami kesulitan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pendidikan di luar negeri .
“Menyipakapi kondisi di lapangan, kami tetap mengusahakan meminimalkan dampak dari kondisi pandemi. Misalnya membuat tutorial, praktek tatap muka minimal tapi dampak nya bisa maksimal. Dengan adanya aplikasi tutorial secara online sangat membantu pendidikan vokasi” tambahnya. (01)
Editor : Bambang ST.