SEMARANG, jawatengah.online : PARTAI Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah akan ‘bertarung’ all out untuk bisa menyegel kemenangan di sembilan daerah yang telah ditargetkan pada Pilkada serentak 9 Desember 2020.

Sembilan daerah tersebut masing-masing di Kabupaten Pekalongan, Blora, Purbalingga, Kendal dan Pemalang untuk posisi Bupati. Sedang untuk posisi wakil ada lima daerah masing-masing di Kab. Sragen, Semarang, Wonosobo dan Kota Pekalongan.

“Jadi di Pilkada 202O ini, PKB mentargetkan kemenangan di sembilan daerah dari 21 daerah di Jawa Tengah yang menyelenggarakan Pilkada ” papar Sukirman SS, Sekretaris DPW PKB Jawa Tengah di Semarang.

Sukirman yang juga Wakil Ketua DPRD Jateng kepada Bambang Sadono di Chanel Youtube Inspirasi Jawa Tengah : blak-blak-an mengungkapkan, realistik politik kesiapan partainya menghadapi Pilkada di Jawa Tengah 9 Desember 2020.

Dikatakan legislator PKB di DPRD Jateng yang maju dari Dapil Jateng XIII (Batang, Pekalongan, Pemalang dan Kota Pekalongan) ini, bermodal hasil Pileg 2019 yang menempatkan PKB sebagai peraih suara terebesar kedua di Jawa Tengah, menjadi modal positif kadernya berlaga di Pilkada.

PKB juga dianggap bisa menjadi ‘penggangu’ PDIP yang berambisi menyapu bersih di 15 daerah pada Pilkada tahun ini.

“Sehingga digelaran Pilkada 2020 ini, PDI-P sangat fokus mempersiapkan. Bahkan di beberapa daerah tertentu, berusaha untuk mencalon- tunggalkan peserta Pilkada, dengan cara mendekati PKB untuk berkoalisi ” jelas Sukirman.

Ditengah liberalisasi politik hari ini menurut politukus alumni Fakultas Sastra -Budaya Undip, dimana terjadi pasar bebas transaksional politik, memberikan problem internal bagi partai dalam menyiapkan calon.

Misalnya di daerah tertentu, jumlah kursi di legislative cukup untuk mengusung calon, tapi kader tidak siap, sementara di daerah lain, jumlah kursi cukup, kader siap, tapi logistik tidak ada.

“Dengan realitas politik yang demikian itu, partai harus lentur di dalam menjalin koalisi dalam mengusung calon baik itu untuk posisi orang nomor satu atau orang nomor dua di daerah tersebut.” terang Sukirman.

Sukirman tidak menampik bila kebijakan partainya dalam menentukan kolisi untuk mengusung calon sangat dipengaruhi kondisi ‘kearifan lokal’ pada masing-masing daerah.

“Tidak ada ketentuan baku dari pusat maupun wilayah, dalam memilih mitra koalisi untuk mengusung calon. Sehingga bisa terjadi di satu daerah, PKB bisa berkoalisi dengan partai tertentu, di daerah lain bisa menjadi lawan “ ungkapnya.

Menjawab pertanyaan sekitar keberadaan para tokoh kharismatik, seperti para ulama yang selama ini menjadi pendukung PKB, diakui Sukirman belum cukup untuk bisa mendulang suara signifikan di Pilkada, tetap masih dibutuhkan modal yang lain.

“Modal sosial seperti, basic nadliyin, dukungan ulama, tetap belum cukup, masih membutuhkan modal operasinal logistic yang sangat besar untuk bisa memenangi Pilkada“ pungkas Sukirman. (Bambang Sartono/01)