SEMARANG – Selama hidupnya, maestro campur sari Didi Kempot konsisten mencipta dan menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Menurut Motivator Prie GS, itu adalah iman kreatif dari Godfather of The Broken Heart itu.
“Itu hanya iman yang bisa membuat seseorang sampai sebasah kuyup kepada proses kreatif, kalau hanya produktivitas, rating atau kalkulasi media maka tidak akan sanggup menjaga konsistensi seperti mas Didi Kempot jangkau,” kata Prie GS yang sempat meniti karir sebagai musisi, saat diwawancarai Bambang Sadono dalam channel Youtube Inspirasi Jawa Tengah.
Jadi iman kreatif itu ada dan seorang maestro memiliki itu. Apapun cuaca pasar ataupun psikologi pendengarnya dan laku atau tidak laku kasetnya. Seniman yang kekurangan iman sambungnya, pasti kekurangan unsur kharisma di dalam dirinya.
“Ini sudah setara dengan tauhid. Didi Kempot sangat memiliki genetik karena kalau urusan kalkulasi duit, dia digoda oleh sistem subsidi sosial dan ekonomi yang tidak kurang-kurang,” tambahnya.
Ketika pencipta lagu “Stasiun Balapan” masih mengamen di Jakarta, tiba-tiba ada tangan yang menyodori Rp100 ribu di mana saat uang senilai itu masih sangat berharga. Yang mengagetkan, tidak hanya dari sisi jumlah tetapi juga yang memberikan, adalah Mamiek Prakoso di mana saat itu sedang berada di puncak karirnya yang tidak tega melihat adiknya sampai sebegitunya.
“Wis dik melu aku” begitulah kira-kira kata yang diucapkan Mamiek Prakoso saat itu. Didik dengan sangat sopan dan juga menahan pedih menganulir permintaan kakaknya dan meneruskan imannya.