SEMARANG – Maestro musik campur sari Didi Kempot, yang belum lama berpulang ternyata membekas sosoknya di kalangan seniman lainnya. Satu di antaranya Prie GS yang melihat maestro kelahiran Surakarta pada 31 Desember 1966 itu, mengumpulkan seluruh nilai-nilai yang dibutuhkan bagi kemaestroan seseorang.
Didi Kempot sambungnya, tidak hanya membuat lirik, harmoni, tone dan komposisi tetapi mengumpulkan itu semua ke dalam dirinya. Menurut Prie GS, kalau hanya bicara soal nada atau lirik masih banyak orang-orang yang jauh lebih sempurna dari pria yang meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) lalu di RS Kasih Ibu Surakarta.
“Soal ganteng, saya masih beranilah beradu ganteng dengan Mas Didi kecuali soal tinggi tubuh,” kata pria yang bernama asli Supriyanto GS sembari berkelakar, saat diwawancarai Bambang Sadono dalam akun Channel Inspirasi Jawa Tengah.
The Godfather of Broken Heart itu menurutnya, memiliki hal-hal di luar teknis, yakni kepribadian yang akumulatif. Kepribadian akumulatif ini yang sangat sulit dikejar oleh seniman-seniman lain. Sama nadanya beda proses, beda output nya. Didi Kempot ini mengalami tidak hanya romantisme tapi juga derita, juga sistem artistik.
Itulah kenapa Didi Kempot masih kata Prie GS, bisa menjangkau level di mana beliau sekarang berada. Jadi membicarakan Didik Kempot secara teknis, hanya lirik musik dan segala hal yang terkait dengan teknis musik, menurutnya justru agak menurunkan kualitas Didi Kempot sebagai maestro.
(*)