JawaTengah.Online —- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo optimis Jawa Tengah bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sampai dengan tujuh persen sebagaimana yang diharapkan Presiden Joko Widodo, karena provinsi yang berpenduduk 34.490.835 jiwa ini memiliki potensi dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Oleh karenanya ia meminta dukungan berbagai pihak, termasuk seluruh kabupaten/kota untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi karena daerah menjadi penentu dan mempunyai kepentingan dengan terdongkraknya pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi terjadi jika ada investasi, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahreraan rakyat,” kata Ganjar saat menjadi Keynote Speaker pada seminar Menumbuhkan Ekonomi Jawa Tengah 7 Persen, yang diselenggaran Tabloid Jawa Tengah bekerjasama dengan Panitia HUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Semesta Semarang, 11 November 2019 lalu.
Agar investor mau menanamkan modal, kabupaten/kota harus mempermudah perijinan. Selain dipermudah ijinnya, juga perlu diperhatikan masalah lingkungan, tata ruang dan kearifan lokal.
“Jangan ada pungli,dan urusan yang berbelit-belit,” tambahnya.
Tantangan Jawa Tengah, katanya, bukan bersaing deengan sesama provinsi di Indonesia, tetapi bersaing dengan negara lain, seperti Vietnam, Thailand, dan sebagainya.
Sektor Listrik, Gas dan Air
Menurut Ganjar dalam lima tahun terakhir, 2015-2019, perkembangan realisasi investasi di Jawa Tengah tercatat untuk PMA sebesar Rp 120, 47 triliun dengan 5.465 proyek, dan menyerap 347.989 tenaga kerja. Sedang untuk PMDN sebesar Rp 101,79 triliun dengan 8.045 proyek dan menyerap 230.623 tenaga kerja.
Berdasarkan sektor realisasi investasi terbesar di bidang kelistrikan, gas dan air sebesar 42 %. Berikutnya sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi 9 persen. Industri tekstil juga 9 persen. Disusul sektor industi kimia dan farmasi 8 persen, dan Industri makanan sebesar 5 persen.
Untuk sebaran investasi tertinggi ada di wilayah Kabupaten Jepara 27 %, Batang 17 %, Kabupaten Cilacap 13 %, Kota Semarang 11,% dan Kabupaten Sukoharjo 5 %.
Investasi sendiri terbagi dalam dua kategori yaitu ; investasi yang berorientasi pada industri padat karya dan ekspor seperti : TPT (Tektil, Produksi Tekstil), alas kaki, makanan & minuman, serta furnitur. Sedang investasi lain masuk industri strategis di antaranya industri baja, gas, dan industri kreatif.
Pemberian Insentif
Untuk mengundang minat investor masuk ke Jawa Tengah, menurut Gubernur, berbagai upaya juga telah dilakukan, misalnya dengan mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk memberikan insentif kepada investor melalui program tax holiday dan tax allowance (pembebasan dan pengurangan pajak).
Juga ada pembebasan bea masuk untuk perusahaan yang menggunakan mesin yang diproduksi secara lokal. Ada fasilitas Jalur Hijau yakni fasilitas yang diberikan oleh Bea Cukai di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia untuk barang modal,mesin atau bahan baku. Untuk perusahaan baru yang masih masih dalam tahap pembangunan.
Untuk mensukseskan target masuk investasi ke Jawa Tengah menurut Ganjar, diarahkan pada peningkatan pelayanan kemudahan berusaha, eksekusi realisasi investasi besar, promosi investasi berdasarkan sektor dan fokus negara sasaran. Mendorong investasi besar untuk bermitra dengan UMKM, serta mendorong peningkatan investasi dalam negeri.
Untuk akselerasi pembangunan wilayah untuk mendukung pertumbuhan 7 persen tahun, pada tiga kawasan, yakni Kawasan Industri Kendal, dengan cakupan wilayah eks Karesidenan Semarang dan Pati. Kawasan wisata Borobudur yang ditopang wilayah eks karesidenan Magelang dan Surakarta. Serta Kawasan Industri Brebes dengan penopang utama wilayah eks Kabupaten Pekalongan dan Banyumas.
(Bambang Sartono)