SEMARANG – Demam batu akik atau batu mineral pernah menjangkit masyarakat Indonesia tak terkecuali di Kota Semarang. Pasar Dargo, Kecamatanan Semarang Timur misalnya, para pelapak batu akik itu berkumpul menjajakan dagangannya hingga kerap kali memicu kerumunan. 

Sekilas, kenangan sekitar tahun 2015 itu masih teringat di benak Haryanto, salah satu pedagang batu akik di Pasar Dargo yang masih setia berjualan hingga saat ini. Namun, meski tahun ini tak sepopuler sebelumnya, ia mengaku pecinta batu akik tak pernah habis. 

Hal itu pun terlihat jelas di Pasar Dargo pada Kamis (22/9/2022) siang, masih ada saja orang yang datang. Entah itu untuk membeli, atau sekedar melihat-lihat koleksi batu cincin.

“Waktu Covid kemarin saya jualan online ramai, sekarang ya bisa laku 2 sampai 3 batu sehari udah bersyukur. Terus mereka yang beli biasanya percaya sama hal-hal ghaib yang ada dibatu akik ini,” kata Haryanto saat ditemui beberapa waktu lalu.

Haryanto menceritakan, batu akik mani gajah, ati ayam, kecubung ungu dan kol buntet menjadi koleksi yang paling sering diburu pembeli. Pasalnya, batu-batu akik jenis tersebut mempunyai kepercayaan dari meberikan kekebalan hingga menambah penghasilan. 

“Pembeli itu malah yang paham manfaat secara mistis dari batunya. Saya juga heran,” pungkas dia. 

Tak hanya itu, pembeli batu akik juga berasal dari berbagai kalangan. Seperti pejabat, ibu rumah tangga hingga santri dari luar daerah. 

“Tidak cuma laki-laki, ibu ibu juga kepincut sama khasiat batu akik. Bahkan anak-anak pesantren dari Jatim (Jawa Timur) juga kerap memesan,” beber dia. 

Sekadar informasi, Haryanto membandrol batu akik mulai Rp 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Terkait animo pembeli, penjualan batu akik sempat kembali ramai kala pandemi, namun secara online. (Wan)