JAKARTA, JawaTengah.OnlineBisnis properti dan tambang logam diperkirakan kembali bangkit di tahun Tikus Logam. Apalagi ada daya dukung berupa kebijakan Pemerintah di sektor properti, serta goyangnya investasi reksadana.

Berdasarkan penanggalan Tiongkok, tahun 2020 merupakan tahun Tikus Logam. “Tahun Tikus Logam memiliki unsur tanah paling dominan,” tutur Direktur PT. Anugerah Mega Investama, Hans Kwee.

Dalam hal ini, sektor propeti mendapat dukungan dari suku bunga acuan yang turun 100 basis poin (bps) pada tahun lalu, dan beberapa pelonggaran dalam kebijakan Loan to Value (LTV).

Tahun lalu, kata Hans, orang-orang masih menahan diri berinvestasi properti, karena kondisi politik yang memanas. Saat itu ada pemilu legislatif yang berbarengan dengan pemilihan presiden, 17 April 2019.

Sekarang suasana politik makin kondusif. Terlebih Prabowo Subianto, yang menjadi rival utama Joko Widodo dalam Pilpres 2019, sudah bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Karena itu, pada tahun inilah saatnya orang-orang mulai berpikir untuk berinvestasi.

“Goyangnya investasi pada produk asuransi dan reksadana sedikit banyak membuka angin segar bagi investasi properti,” tambah Hans.

Artinya, peluang untuk mengalihkan investasi sangat terbuka. Sebab investor menjadi makin berhati-hati dengan penawaran fixed rate industri asuransi akibat kasus Jiwasraya.

Tak hanya itu, industri reksadana juga terpukul. Ini akibat rontoknya lebih dari 35 produk reksadana pada akhir 2019 di beberapa manajer investasi. Selama ini investor memercayai investasi reksadana punya risiko lebih rendah ketimbang membeli saham.

bisnis properti
Bisnis properti diprediksi bangkit kembali di tahun Tikus Logam.

Siklus Puncak Bisnis Properti

Sebagaimana dilansir liputan6.com, Hans Kwee memperkirakan para investor tahun ini akan memilih investasi yang menjajikan, serta perlu waktu untuk memulihkan trauma sebelumnya.

Siklus properti di Indonesia sempat mencapai puncaknya tahun 2012-2014. Setelah itu mengalami penurunan secara bertahap. Kemudian bakal naik kembali, dimulai tahun ini, dan mencapai puncak lagi pada tahun 2023-2025. “Selain beli properti langsung, investor juga bisa membeli beberapa saham atau produk turunannya seperti REIT (Real Estate Investment Trust) melalui pasar modal,” ungkapnya. (JT Online)