Jawa Tengah Online, Pati ; INVESTASI masih diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pati. Memang banyak andalan pendorong pertumbuhan ekonomi di Pati. Seperti industri pengolahan tapioca di Pati Utara, pengolahan perikanan, dan pertanian di Pati Selatan. Namun pertumbuhan ekonomi akan menjadi signifikan, jika industri semen sudah bisa mulai operasi.
“Sebenarnya sudah tidak ada masalah. Kabupaten Pati terbuka untuk industri semen, termasuk di kawasan yang dulu dipersoalkan secara hukum,” kata Bupati Pati Haryanto.
Semua persoalan hukum, katanya sudah selesai. Bahkan sampai keputusan Mahkamah Agung, dinyatakan untuk pembangunan pabrik semen tidak melanggar ketentuan tentang Analisa Dampak Lingkungan (Amdal). Pemkab Pati sudah meminta kepada gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo agar segera memberi izin pada investor yang akan mendirikan pabrik semen di Pati.
Langkah tersebut diambil, karena kewenangan untuk memberikan izin pertambangan ada di tangan gubernur. Apalagi, menurut Haryanto pabrik semen ternyata bisa berdiri di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Grobogan yang, yang tipologi geologi tanahnya sama dengan Kebupaten Pati.
Di sisi yang lain, masyarakat di Kabupaten Pati sendiri sebenarnya sudah lama mengharapkan pabrik semen bisa segera beroperasi, karena dampak ekonominya sangat tinggi. Termasuk dalam penyerapan tenaga kerja, dan meningkatnya daya beli masyarakat.
“Lahan yang akan ditambang untuk pabrik semen, juga tergolong tidak subur untuk pertanian, jadi manfaatnya untuk petani juga sangat kecil,” tambahnya.
Tambang Liar
Ironisnya, kata Haryanto, ketika pabrik yang resmi belum diizinkan, tambang liar bisa beroperasi seenaknya. Pemkab tidak punya kewenangan untuk menghentikan. Padahal penambangan liar itu sangat merugikan, selain tidak memberikan masukan pendapatan pada pemerintah, juga kerusakan lingkungan yang diakibatkan tidak bisa dikontrol.
Jika pabrik semen bisa berdiri, selain berbagai nilai tambah yang lain, Pemkab bisa mendapatkan tambahan pendapatan asli daerah (PAD) sekitar Rp 400 milyar. Sekarang tinggal menunggu keputusan dari provinsi. Ada investor yang sudah mengajukan izin sejak 10 tahun yang lalu. Sehingga mereka juga membutuhkan kepastian, bisa jalan atau tidak investasinya.
“Tugas kami di daerah, berusaha membantu memudahkan perizinan jika ada investasi yang akan masuk, seperti yang diinstruksikan persiden,” katanya.
Salah satu investor yang sudah mengajukan izin pabrik semen di Pati adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, melalui anak usahanya, PT Sahabat Mulia Sakti. Menurut rencana uji coba operasional pabrik diharapkan bisa dilakukan tahun 2020. Investasi untuk pabrik semen ini mencapai sekitar Rp. 7 – 8 triliun.
Pertanian dan Perikanan
Selain pabrik semen yang jadi harapan besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, menurut Haryanto dalam beberapa tahun terakhir ini, Pati juga mulai dilirik para investor. Sejumlah investor yang masuk itu antara lain bergerak disektor industri pengolahan ikan dan alas kaki (sepatu).
Sektor perikanan memiliki andil sebagai penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang tergolong besar selain pertanian. Setiap tahun sektor perikanan menyumbang pendapatan sekitar Rp. 6-7 M. Jumlah PAD Kab. Pati keseuluruhan mencapai Rp 376 M, yang disumbang dari sektor pajak PBB- Rp 20 M dan pendapatan lain-lain.
Kebijakan di bidang investasi Pemkab tidak menyedialan lahan di kawasan khusus. Hanya memberikan di zona industri yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal ini dimaksudkan agar bila ada investor yang masuk bisa langsung berhubungan dengan masyarakat (pemilik lahan), sehingga masyarakat bisa mendapatkan nilai kemanfaatannya dari kehadiran investor tersebut.
“Pemda hanya membantu proses perizinan saja” jelas Haryanto.
Kawasan yang disiapkan untuk menampung industri berada di sepanjang Margorejo hingga Batangan , Juwana. Ditambahkan dalam soal investasi, Haryanto tidak mematok harus yang berniali besar.
“ Yang kecil, dengan investasi 100-200 M, kami tampung. Yang penting rakyat bisa bekerja dan mendapat penghasilan.Karena dengan mendapat penghasilan, berarti perekonomian meningkat” katanya.
Menurut bupati yang menjabat dua periode ini, dengan bertambahnya industri yang beroperasi di Pati berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah yang juga sekaligus membuka lapangan kerja. Karena ada lapangan kerja, berarti mengurangi pengangguran.
Diera kepemimpinannya, Haryanto mengatakan berhasil menurunkan angka pengangguran dari 9,8 % pada awal dia memimpin kini menjadi 3,4 persen. (02)
• Bambang Sartono