SALATIGA, Jawatengah. Online -Mantan Danlanal Semarang, Kol. Mar. Hariyono Masturi, M.Tr.Hanla, MM mengatakan ingin mencalonkan sebagai walikota, untuk membangkitkan pariwisata dan olahraga. Ia setuju kalau ada pendapat yang mendorong calon tunggal dalam pilkada, supaya lebih hemat. Hal lain yang ingin diperjuangkan untuk membangun Salatiga antara lain menjadikan RS Salatiga menjadi Tipe A.

Kepada Bambang Sadono di kanal Youtube INSPIRASI JAWA TENGAH, Hariyono menambahkan, Kota Salatiga merupakan kota yang unik, dan juga mempunyai potensi yang sangat luar biasa termasuk memiliki beberapa julukan mulai dari kota toleran hingga versi mini dari Indonesia.

Hariyono sebagai salah satu anggota TNI dimana memiliki simbol loreng yang berarti memiliki berbagai macam warna yang mana selaras juga dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tidak membeda-bedakan suku, ras dan agama masyarakat.

“Itulah niatan saya sebagai TNI, ayo kita sama-smaa merangkul semua elemen masyarakat, tidak bedakan partai A/B, kita sama-sama memajukan Salatiga jadi lebih baik lagi,” katanya.

Kolonel Mar. Hariyono dalam wawancara di Kanal Youtube Inspirasi Jawa Tengah Bambang Sadono

Hariyono lebih lanjut menjelaskan program-programnya kedepan yang terbagi menjadi lima bidang, yaitu tata ruang infrastruktur, lalu kebudayaan dan pariwisata, bidang pendidikan, olahraga dan bidang ekonomi kreatif. Salah satu prorgram diantaranya adalah perbaikan serta pelebaran jalan dan perluasan lahan parkir.

Hal lain yang akan jadi fokus adalah mengoptimalkan kelas rumah sakit di Salatiga menjadi kelas A atau tingkat satu, dimana saat ini masih ada di kelas B. Nantinya diharapkan bisa melayani seluruh isu kesehatan masyarakat di Salatiga sehingga tidak perlu lagi dirujuk ke Semarang atau kota lainnya.

Mantan Danlanal Semarang menyampaikan sudah dari sejak masih pangkat Letnan Kolonel dirinya ingin maju mencalonkan di menjadi bakal calon Wali Kota Salatiga, yaitu lebih tepatnya pada tahun 2019 yang lalu.

Niatannya ingin mengabdi di pemerintahan sebagai wujud kesetiaan, kecintaan, ikatan, kehormatan dan pengorbanan kepada negara dan masyarakat. Karena memang Ia sebagai salah satu anggota korps TNI yang berasal dari masyarakat yang hendaknya memang harus mengabdi kepada masyarakat.

“Toh juga nantinya saya juga akan kembali lagi ke masyarakat,” tambahnya.

Berkomunikasi dengan Parpol

Ketika ditanya mengapa memilih kota Salatiga, Hariyono menjawab karena memang dari kecil sudah hidup bersama keluarga disana. Ia menambahkan sudah mulai mendaftar sebagai bakal Cawalkot Salatiga melalui partai PDIP, namun sebenarnya dalam lubuk hati terdalam dirinya mengaku sudah ingin maju sebelum dinyatakan sebagai Pilkada serentak.

Terbukti dengan sudah bersosialisasi politik 4 – 5 tahun yang lalu, mendaftar di beberapa parpol, mencari elektabilitas popularitas dan dan sebagainya.

Menurut Hariyono, komunikasi politik dengan seluruh partai di Salatiga juga sudah terjalin sejak lama mulai dari level terbawah hingga paling atas, begitu juga dengan proses dan pentahapan sudah jelas baik dari UU TNI maupun peraturan Pilkada. Tidak hanya dari PDIP saja, komunikasi dengan partai lain di Salatiga juga sudah dilakukan seperti dengan partai Demokrat, Gerindra dan partai yang lainnya.

Ia juga menjelaskan dirinya belum purna tugas dan akan mengajukan suratnya persis pada saat ia sudah mendapat surat tugas dan rekomendasi dari partai koalisi yang akan diserahkan tepatnya pada tanggal 27 sampai 29 Agustus nanti.

Dibagian lain Hariyono menyebutkan, dirinya saat ini masih berdinas dengan pangkat Kolonel Marinir dimana bila dihitung dari awal pengabdiannya sebagai taruna, Ia sudah mengabdi selama 28 tahun. Waktu itu menurutnya adalah waktu yang tidak sebentar untuk memperoleh pengalaman, khususnya sosialisasi dengan masyarakat.

Mulai dari ujung barat hingga timur Indonesia bahkan sampai benua Afrika sudah Ia alami asam garamnya, salah satunya sukses menyelesaikan konflik yang ada. Disitulah yang mungkin akan Ia tawarkan kepada partai – partai dan masyarakat kedepannya jika berhasil terpilih menjadi Walikota.

Kemudian soal pengabdian dan pengorbanan dimana dirinya sudah rela melepaskan semua pangkat dan jabatannya nanti demi bisa sepenuhnya mengabdi kepada masyarakat Salatiga. Ia menegaskan tidak mau menebar janji karena agar tidak dicap omong kosong belaka, melainkan Ia berkomitmen membuktikan langsung dengan tindakan nyata yang akan terikat langsung dengan masyarakat.

“Sehingga saya tidak mau janji nanti dibilang omon – omon saja, namun nanti masyarakat bisa memberikan kepercayaan pada saya untuk bangun Salatiga lebih baik dan maju lagi,” ujarnya.

Tidak Pragmatis

Hariyono juga menjelaskan program-programnya kedepan yang terbagi menjadi 5 bidang, yaitu tata ruang infrastruktur, lalu kebudayaan dan pariwisata, bidang pendidikan, olahraga dan bidang ekonomi kreatif. Salah satu prorgram diantaranya adalah perbaikan serta pelebaran jalan dan perluasan lahan parkir.

Ia juga menambahkan saat ini fokus mengoptimalkan kelas rumah sakit di Salatiga menjadi kelas A atau tingkat satu, dimana saat ini masih ada di kelas B. Nantinya diharapkan bisa melayani seluruh isu kesehatan masyarakat di Salatiga sehingga tidak perlu lagi dirujuk ke Semarang atau kota lainnya.

Oleh karena itu, Hariyono berpesan kepada masyarakat kota Salatiga untuk bersama-sama membangun dan menyelesaikan permasalahan yang ada selama ini, jangan lagi pragmatis. Ia juga mengusulkan kalo bisa mengusulkan satu calon saja karena bisa menghemat biaya dan sebagainya.

Meski juga diakui sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama kebiasaan atau budaya itu untuk bisa dihilangkan, namun paling tidak bisa mengurangi sedikit demi sedikit sehingga nantinya masyarakat bisa memilih dengan hati nurani siapa bakal calon yang tepat.

Oleh karena itu, Hariyono berpesan kepada masyarakat kota Salatiga untuk bersama-sama membangun dan menyelesaikan permasalahan yang ada selama ini, jangan lagi pragmatis. Ia juga mengusulkan kalo bisa mengusulkan satu calon saja karena bisa menghemat biaya dan sebagainya.

Meski juga diakui sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama kebiasaan atau budaya itu untuk bisa dihilangkan, namun paling tidak bisa mengurangi sedikit demi sedikit sehingga nantinya masyarakat bisa memilih dengan hati nurani siapa bakal calon yang tepat. (01)

Rizky Erlangga, Editor : @bangsar24