SEMARANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tak menampik bila sejumlah erly warning system (EWS) detekni longsor di wilayahnya ada yang rusak atau perlu berbaikan. Sebab, selama ini pihaknya masih menemui adanya masyarakat yang tak memahami kegunaan dari alat pendeteksi dini bencana tanah gerak atau longsor tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Darurat BPBD Jateng, Dikki Ruli Perkasa, mengatakan total ada 394 EWS bencana baik dari deteksi longsor, tsunami, gempa bumi dan banjir. Kendati tak merinci secara pasti, khususnya untuk deteksi tanah longsor, pihaknya mengatakan sebagian ada yang membutuhkan perbaikan atau bahkan sudah terindikasi rusak.
“Memang beberapa kurang memahami fungsinya. Kami menemukan beberapa ada yang malah talinya itu dibuat sampingan jemuran. Terus karena kurangnya perawatan dari masyarakat juga, beberapa ada yang sampai jadi sarang tawon,” ungkap Dikki melalui Kabag Umum, Rabu (11/1/2023).
Akibat diperuntukan untuk gantung jemuran hingga menjadi sarang tawon, terang Dikki, EWS tersebut menjadi rusak atau perlu perbaikan. Pasalnya, sirine atau suara yang merekam pergerakan tanah sebagai bentuk peringatan dini menjadi tak berfungsi akibat dua faktor tersebut.
“Tapi kami sudah mensosialisasikan, melakukan edukasi juga untuk perawatan dan tanggap bencana bila terjadi. Jadi tak hanya sekedar memasang saja, pemeliharaan berkala dari BPBD juga ada. Meskipun saat ini, beberapa masih perlu adanya perbaikan. Jadi kami himbau, masyarakat ayo sama-sama menjaga dan merawat apa yang telah dipasang. Karena itu (EWS) juga sebagai peringatan bersama,” pintanya.
Lebih lanjut, dari hasil pengecekan berkala BPBD Jateng juga menemukan permasalahan lain, yakni pada daya EWS atau AKI. Sedangkan terkait laporan kerusakan, pada tahun 2022 pihaknya hanya menerima satu laporan kerusakan EWS deteksi tanah gerak.
“Tahun lalu (2022) di Wonosobo, ada laporan kerusakan. Setelah kami cek, ternyata masalahnya pada AKI,” sambungnya.
Dikky menegaskan, EWS adalah alat bantu deteksi dini bencana. Meski menjadi alat bantu, sosialisasi, mitigasi dan edukasi tetap dilakukan agar tak menjadi ketergantungan pada penggunaan alat tersebut, khususnya saat ditemukan adanya kerusakan.
“Jadi yang penting kewaspadaan membaca tanda alam dan mengetahui informasi dini (peringatan cuaca ekstrim dari BMKG dan potensi bahaya deri BPBD setempat),” tutupnya.
Sekadar informasi, EWS tanah gerak adalah alat deteksi dini untuk mendeteksi adanya tanah gerak atau bencana longsor. Belakangan ini, cuaca ekstream melanda Jateng dan puluhan bencana longsor terdeteksi di beberapa kabupaten/kota. (Wan)