JawaTengah.Online – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mendukung berbagai program yang diinisiasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam upaya meningkatkan kualitas dan keamanan jamu. Antaranya, program Orang Tua Angkat, desa wisata jamu, dan dampingan untuk pelaku UMKM obat herbal dan jamu gendong.
Wakil Gubernur (Wagub) Jateng, Taj Yasin Maimoen mengatakan, program tersebut sebagai upaya mendapat kepercayaan yang lebih luas dari masyarakat. Sehingga, para pelaku UMKM obat tradisional dan jamu gendong dapat bergerak semakin luas dan berdampak pada ekonomi lokal serta mendukung ekonomi nasional.
“Pemprov Jateng sangat mendukung program orang tua angkat. Pelaku usaha obat tradisional harus punya itikad untuk maju dan berkembang bersama,” kata Wagub dalam acara bersama BPOM pada akhir Maret lalu.
Taj Yasin, sapaan akrabnya menjelaskan, bagi masyarakat Indonesia, jamu tidak hanya sebagai obat tradisional, melainkan juga sebagai sumber penghasilan, bahkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Terlebih, pada era digitalisasi seperti sekarang, beragam produk jamu dapat dipasarkan hingga ke mancanegara secara mudah melalui daring.

Lebih lanjut, Jateng sudah dikenal sebagai salah satu sentra jamu di Indonesia. Antaranya Kota Semarang, Surakarta, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Tegal, dan Cilacap. Terdapat 162 perusahaan yang bergerak di bidang obat tradisional, bahkan 88 persennya adalah UMKM.
“Sedangkan usaha jamu gendong ditemukan hampir di semua daerah di Jateng,” lanjut dia.
Sementara itu, dalam upaya menjaga keamanan produk jamu dari obat kimia, Pemprov Jateng mendukung kinerja BPOM RI dalam melakukan pengawasan dan penindakan terhadap obat tradisional yang mengandung obat kimia. Pengawasan dan penindakan harus diperketat agar pelaku UMKM obat tradisional tidak melenceng dari ketentuan yang berlaku. Sehingga obat-obat tradisional dan jamu yang sudah turun-temurun mendapat tempat di masyarakat tidak ditinggalkan karena adanya campuran obat kimia.
“Jamu menjadi warisan nusantara, maka saya berpesan kepada para pelaku UMKM obat tradisional dan jamu, jangan sekali-sekali melakukan pembuatan jamu tradisional yang disertai atau dicampur bahan obat kimia,” pungkas dia.
Untuk menarik kepercayaan konsumen, menurut wagub, para pelaku UMKM obat tradisional dan jamu gendong yang saat ini sudah berjalan perlu dibekali story telling atau cerita. Sehingga ketika ada anak muda atau warga asing bertanya tentang produk jamu, penjual jamu dapat bercerita tentang nenek moyang kita menemukan tanaman kemudian menumbuhkan dan mengolah berbagai jenis tanaman menjadi obat tradisional yang mujarab.
Kesempatan sama, Kepala BPOM RI, Penny Kusumastuti Lukito menambahkan, BPOM akan mendampingi pelaku UMKM obat herbal sehingga berbagai produk herbal yang berpotensi sebagai herbal jamu bisa menjadi obat melalui pendampingan hilirisasi. Sehingga nantinya akan berkembang melalui penelitian dan pengembangan menjadi obat herbal berstandar.
“Adalah dari hulu ke hilir karena ada berbagai aspek yang bisa dikembangkan bersama-sama dengan berbagai pihak. Diantaranya dengan pemerintah daerah, asosiasi pengusaha, organisasi masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kualitas jamu Indonesia, tidak hanya di Jawa tetapi di seluruh Indonesia,” imbuh dia. (Wan/JT02)
