
JawaTengah.Online — Awal tahun 2024, Kota Semarang dikejutkan dengan kabar duka mengenai seorang pelajar SMP berusia 13 tahun diketemukan orang tuanya dalam kondisi gantung diri di teras belakang rumah di Kecamatan Gunungpati. Motifnya diduga karena depresi.
Fenomena pelajar bunuh diri tidak hanya terjadi di Semarang, sepanjang tahun 2023 telah dilaporkan beberapa kasus serupa. Di bulan Februari, siswa SMK di Turi Sleman mengakhiri hidupnya seusai meninggalkan pesan di Whatsappstory bertuliskan “see you man teman”. Sementara di bulan Maret tercatat kasus MR (11 tahun), siswa SDN di Banyuwangi, gantung diri di dapur rumahnya, diduga karena perundungan. Masih ada sederet kasus pelajar bunuh diri lainnya, dengan dugaan beberapa penyebab, sebagian karena perundungan.
Perkembangan teknologi iniformasi dan gaya hidup masyarakat berpengaruh besar bagi tumbuh kembang anak dan remaja. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mampu menghadirkan berbagai kemudahan yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat akan beragam informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Masa remaja seharusnya menjadi masa yang paling indah menuju kedewasaan. Namun, berbagai dinamika kehidupan di tengah masa tumbuh kembang mengakibatkan permasalahan mental serius bagi mereka. Kesehatan mental sendiri dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, masyarakat, ataupun lingkungan, serta pencapaian keselarasan mental dan pengembangan kemampuan menghadapi tantangan sehari-hari.
Fenomena ini menunjukkan sejumlah anak dan remaja berhadapan dengan situasi yang memengaruhi tumbuh kembangnya. Anak dan remaja mengalami stres karena sejumlah faktor, antara lain lingkungan sosial: keluarga, sekolah, pergaulan, dan penggunaan media sosial.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Santrock (2007) menyebutkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara biologis, kognitif, dan sosioemosional. Adanya perubahan inilah yang menjadikan masa remaja merupakan masa sensitif dimana remaja berada pada tahap mencari identitas diri, bersosialisasi dan mencari kesenangan.
Salah satu rujukan Gen Z dalam proses tumbuh kembangnya adalah internet, dimana peer group menyublim dalam interaksi-interaksi di media sosial, dimana remaja merasa bebas untuk speak up tanpa batasan tertentu. Namun pada perkembangannya internet mengkooptasi kehidupan remaja, mereka diciptakan untuk menjadi FOMO (fear if missing out), perasaan cemas jika ketinggalan informasi atau tidak eksis di dunia maya. Di titik inilah media sosial berkontribusi pada kesehatan mental pada remaja.
Sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan yang relevan dengan berbagai persoalan yang dihadapi remaja, Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Undip melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang penguatan kesehatan mental melalui literasi digital pada remaja Kota Semarang dalam bentuk ceramah dan diskusi. Tim pengabdian kepada masyarakat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Undip adalah Dr. Lintang Ratri Rahmiaji sebagai ketua dan Dr. Turnomo Rahardjo, Dr. Triyono Lukmantoro, dan Dr. Hapsari Dwiningtyas Sulistyani sebagai anggota.
Salah satu SMA yang menjadi sasaran penguatan kesehatan mental melalui literasi digital adalah SMAN 1 Semarang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMAN 1 Semarang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2024 yang diikuti oleh 120 siswa dan siswi SMAN 1 Semarang.
Tim pengabdian disambut oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Semarang, Dr. Kusno, S.Pd., M.Si dan acara workshop dibuka oleh Priti Uning Wiyarti, M.Pd.,Kons. selaku penanggung jawab kegiatan kesiswaan di SMAN 1 Semarang. Pihak sekolah menyambut gembira kolaborasi yang dilakukan antara tim pengabdian Departemen Ilmu Komunikasi Undip dengan SMAN 1 Semarang untuk memberikan pendidikan mengenai literasi digital dan penguatan kesehatan mental pada siswa-siswi yang memang masuk generasi digital native ini.
Kegiatan workshop diawali dengan pre test dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal dari peserta terkait dengan fomo dan literasi digital. Pada akhir kegiatan, peningkatan pengetahuan peserta terkait dengan tema pelatihan juga akan dites dalam bentuk survei post test.
Adapun materi pengabdian terbagi menjadi dua, dari sisi literasi digital disampaikan oleh Dr. Lintang Ratri Rahmiaji dengan tema Gen Z, Fomo dan Literasi Digital. Sementara materi kedua adalah dari sisi psikologi disampaikan Lusi Nur Adhiani, M.Psi dengan tema “Penguatan Kesehatan Mental Remaja”. Melalui sesi tanya jawab bisa terlihat bahwa para peserta mulai memahami dan menyadari pentingnya penggunaan media sosial yang sehat, dan memahami cara mengelola stres serta menguatkan ketahanan mental. Hasil dari post test juga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai fomo dan lierasi digital.
Tim pengabdian kepada masyarakat Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Undip, berencana untuk melakukan kegiatan workshop serupa pada berbagai SMU lainnya sehingga semakin banyak remaja yang memiliki ketahanan mental di tengah gempuran media sosial.