JawaTengah.Online – Sektor pariwisata dan hotel di Jawa Tengah mencuat hingga 40 persen semenjak Pembebasan syarat berupa hasil tes negatif Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan antigen bagi pelaku perjalanan domestik pada Rabu (9/3/2022) kemarin. Pasalnya, pada tahun sebelumnya, para pelaku pariwisata benar-benar terpuruk hingga tidak memiliki jadwal pemberangkatan atau kunjungan.


Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Jawa Tengah, Setyo Legowo, usai rapat kerja bulanan di Hotel Metro Park View Kota Lama Semarang, Senin (21/3/2022). Ia mengatakan, kelonggaran kebijakan tesebut, dinilai menjadi booster bagi para biro tour, pariwisata dan hotel.

“Tentunya kami menyambut baik kebijakan itu, karena memberikan angin segar atau istilah kami booster dalam membangkitkan ekonomi para pelaku pariwisata. Jadi semenjak aturan itu memang ada dampak peningkatan, Karena kan, aturan yang sebelummya sedikit membelenggu, sekarang sudah tidak ada (hasil tes negatif) biaya tambahan,” kata Setyo, sapaan akrabnya.

Aturan sebelum atau pemberlakuan hasil tes negatif itu, jelas Setyo, dirasa membatasi pergerakan karena banyak grup-grup pelaku pariwisata yang harus batal. Pasalnya, karena satu orang tidak mau swab, pemberangkatan keseluruhan harus di batalkan. Sehingga, tidak diberlakukanya kembali aturan itu benar-benar disambut baik para pelaku pariwisata.


“Contohnya begini, dulu kan masih diwajibkan (Antigen atau PCR) agar bisa naik transportasi umum. Nah ada beberapa teman yang positif dan takut juga untuk di-swab, jadi persoalan itu membuat banyak pelaku pariwisata membatalkan perjalanannya,” jelas Setyo. 

Kesempatan sama, perwakilan biro pariwisata, Didi Hariono menyebut, peningkatan itu mencapai 40 persen pada sektor pariwisata. Yakni mulai terlihat semenjak bulan Februari lalu dan melejit saat diberlakukanya pelonggaran aturan tersebut.

“40 persen itu dari sebelumnya nol persen. Kemarin (tahun lalu) benar-benar terpuruk. Contohnya saya pribadi, kurang lebih dua tahun mengangur tidak ada kegiatan sama sekali. Jadi adanya kelonggaran ini memang berdampak,” terang Didi. 

Lebih lanjut, bergeliatnya ekonomi pelaku pariwisata itu juga terlihat dari dua wisata unggulan di Jawa Tengah. Yakni di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang dan wisata alam Dieng, Kabupaten Wonosobo.


“Dua (Candi Borobudur dan Dieng) wisata itu selalu jadi unggulan di Jateng. Khususnya Dieng, ini memang sangat dirasa mengasikkan. Terutama dari masyarakat Semarang pun. Karena iklim panas, jadi pengen menuju ke hawa sejuk“ pungkas PT Simfoni wisata itu.

Senada, General Manager (GM) Park View Hotel Kota Lama Semarang, Pratikno menambahkan, dampak kebijakan tersebut juga dirasa oleh pihaknya. Yakni mengalami kenaikan okupansi hotel sekira 40 persen. Kenaikan tersebut, selaras dengan kenaikan kunjungan wisata di Kota Lama dan Alun-Alun Masjid Agung Kota Semarang


“Kalau dihitung dari awal tahun 2021 sampai sekarang sekiranya ada sekitar 40 persen. Hampir sama seperti pelaku pariwisata. Ditambah lokasi kami cukup strategis juga, dekat dengan dua itu (Kota Lama dan Masjid Agung Semarang),” imbuh Pratikno.

Sebagai informasi, ASSPI Jawa Tengah yang memiliki 95 anggota, mereka mengadakan rapat tiga bulan untuk membahas program kerja tahun 2022 ini. Termasuk membangkitkan para pelaku pariwisata, sektor pariwisata dan penguatan sektor internal.

“Ada beberapa event yang sudah kami siapkan di program kerja tahun ini. Paling dekat Juni nanti, tapi ini sedang kita ulas lagi. Kemudian ada acara lagi seperti komunikasi bisnis untuk beberapa daerah akan berkolaborasi dengan hotel, transportasi, wisata dan sebagainya,” tutup Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ASPPI Jawa Tengah, Revi. (Wan/JT02)