
BLORA : Bupati Blora Letkol Inf. TNI (Purn) Djoko Nugroho beberapa bulan ke depan, akan mengakhiri tugasnya sebagai Bupati Blora. Estafet kepemimpinannya akan dilanjutkan oleh Wakilnya Arief Rohman yang pada 9 Desember 2020 lalu bersama pasanganya Tri Yuli memenangi Pilkada Blora.
Sepeluh tahun memimpin “Bumi Samin” tentu sudah banyak yang dilakukan oleh mantan Komandan Kodim 0720 Rembang tersebut membangun Kabupaten bermotto “Blora Mustika”.
Lalu apa saja yang sudah dilakukan, persoalan krusial apa yang masih dihadapi Blora hingga saat ini, dan apa yang bakal dilakukan setelah tak lagi berkutat di birokrasi, Djoko Nugroho yang akrab dipanggil Kokok ini, blak-blakan kepada Bambang Sadono yang mengajak bincang-bincang di Chanel Youtube “Inpirasi Jawa Tengah” Kamis (7 Januari 2021).

Perwira Menengah TNI lulusan Akademi Militer 1988 berterus terang awalnya tidak punya pikiran untuk mengabdi di birokrasi. Djoko Nugrogo telah berkarir di militer 22 tahun. Saat menjadi Komandan Kodim 0720, terbetik keinginan untuk ‘pulang kampung’ danmengabdikan diri di daerah kelahirannya Blora.
“Saat itu pas ada kesempatan (Pilkada). Dan juga yang ikut menginspirasi adalah perjuangan kakanda almarhum Basuki Widodo yang menjadi Bupati Blora sebelumnya.
Di Pilkda Blora 2010, Djoko Nugroho yang berpasangan dengan Abu Nafi terpilih menjadi Bupati Blora periode pertama (2010-2015), dan berlanjut tahun 2015-2020 menjadi Bupati Blora periode kedua saat berpasangan dengan Arief Rohman.
Sempat Tertatih-Tatih
Kokok mengaku awal-awalnya memimpin kabupaten penghasil kayu Jati dan migas terbesar di Jawa ini tertatih-tatih. Pertama karena adaptasi alih tugas dari ranah teritorial ke birokasi.
Kedua memimpin daerah yang tergolong kurang strategis, karena berada di wilayah perbatasan yang sebagian besar daerahnya berupa hutan. “Persoalan krusial utama yang selalu menjadi tantangan siapapun Bupati Blora adalah masalah infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) “ terang Kokok.
Infrastruktur itu berupa jalan, menjadi prioritas pertama yang harus ditangani. Hampir semua jalan Kabupaten dan Desa dibangun, tapi hasilnya tidak maksimal. “Karena saat itu jalan dibangun dengan aspal, belakangan jalannya mudah rusak, karena faktor tanah di Blora yang labil karena tanah lempung” ungkapnya.
Pembangunan jalanpun dialihkan dengan cara di cor beton. Kualitas jalan memang bertahan lama, tapi anggaran pembuatan membengkak tiga kali lipat. “Akibatnya jalan yang bisa dibangun Pemkab ruasnya lebih pendek . Meski untuk membangun jalan Pemkab Blora digelontori dana dari Provinsi Jateng dan Pemerintah Pusat, tapi jumlahnya masih jauh dari cukup untuk membangun jalan-jalan yang rusak di Blora. “Masih ada sekitar 60 persen jalan yang rusak” jelas Kokok
Menurut Kokok masih ada beberapa ruas jalan yang diperjuangan untuk bisa dibangun yaitu jalan di kawasan Blora Selatan yakni dari Getas-Randublatung –Ngawi. “Kalau jalan ini bisa dibangun akan berdampak besar pada pembangunan wilayah Blora Selatan. Dampaknya akan ada peningakatan satus sosial masyarakat karena selama ini kawasan Blora Selatan termasukdaerah tertinggal. “ tambah Kokok.
Swadaya Pangan
Blora yang separuh wilayahnya mupakan ekawasan hutan menurut Kokok, menyebabkan SDM (Sumber Daya Manusia) berpola pikir stagnan. Hal ini juga menjadi pemicu terjadinya perkawinan dini yang belakangan menjadi penyumbang adanya stunting dan gizi buruk.
Kecuali infrastruktur jalan, persoalan lain yang masih jadi sorotan utama di Blora adalah soal pupuk. Kelangkaan pupuk di Blora selalu terjadi setiap musim tanam tiba. “Penyebabnya selain jatah pupuk bersubsidi yang terbatas, juga banyak petani yang selama ini berada di MDH (Masyrakat Daerah Hutan ) yang tidak terdaftar sebagai penerima pupuk bersubsidi “ papar Kokok.
Meski sering terkendala persoalan pupuk, sektor pertanian Blora dalam 10 tahun terakhir ini kata Kokok, masih bisa dibanggakan. Blora bisa swadaya pangan. Bahkan bisa mensuplai beras ke daerah lain di Jawa Tengah.
Otimis Makin Maju
Berbicara Blora ke depan setelah kepempinannya, Kokok mengaku optimis Blora akan tambah maju dibawah kepemimpinan penggantinya Arief Rohman dan Tri Yuli. “Pak Arief sudah tahu cara bekerja keras. Prioritas apa yang harus dikerjakan untuk bisa membawa Blora lebih maju lagi. Karena lima tahun telah bersama-sama bekerja keras membangun Blora “ terang “Kokok.
Meski nantinya sudah pensiun dari birokrasi, Kokok mengaku masih berkeinginan menyumbangkan tenaga dan pikiranya demi kemajuan Blora. “ Tentu bersama tokoh-tokoh dan elemen masyarakat Blora yang lain, saya masih berkomitmen akan terus berjuang untuk memajukan Blora menjadi lebih baik.” pungkas Djoko Nugroho (Bambang Sartono)