Aman Santosa Ketua OJK Regional 3 Jateng &DIY sedang diwawancarai wartawan di Semarang

Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Tengah dan DIY Aman Santosa, akan membantu memberi masukan kepada pemerintah Jawa Tengah yang sedang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi 7 persen.

Peran itu yang akan diambil oleh OJK dalam usaha Jawa Tengah mendorong sehingga mencapai pertumbuhan 7 persen, di antaranya sinergi antara semua potensi investasi yaitu, perbankan dan masyarakat. Juga harus mencari sumber-sumber pembiayaan baru, selain juga menjaga kondusifitas bagi masuknya investasi.

“Kondusifitas tidak hanya masalah keamanan saja, tetapi juga perihal perijinan, pelayanan publik dan infrastruktur yang menunjang sektor ekonomi yang mempunyai potensi,” kata Aman.

Berikutnya harus masuk ke sektor-sektor ekonomi yang mampu digenjot misalnya, pariwisata, industri ekspor dan subtitusi impor. Mengenai kondisifitas dalam bidang keamanan, Jawa Tengah termasuk daerah yang tidak memiliki gejolak yang tinggi dibanding daerah lainnya. Demikian juga Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan, tidak setinggi daerah lainnya di Indonesia.

Aturan-aturan mengenai investasi, perlu dibenahi sehingga menciptakan lingkungan yang ramah terhadap penanaman modal. Demikian juga kebijaksanaan yang diiplementasikan dalam aturan, misalnya rancangan tata ruang dan wilayah, diharapkan tidak tumpang tindih dan berubah-ubah. Perubahan dalam rancangan tata ruang dan wilayah, akan memengaruhi investasi yang akan masuk ke Jawa Tengah.

Semua itu bisa terlaksana jika ada masterplan atau roadmap dari pemerintah sehingga benar-benar terukur dan terencana. Misalnya konsep investasi Rp 700 triliun itu perlu dimatangkan, dari mana dan lain sebagainya.

“Kata kuncinya agresif,” tambah pria asli Banjarnegara itu.

Menurutnya, Jawa Tengah termasuk dalam ekonomi terbesar keempat secara nasional. Setelah DKI Jaya, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pertumbuhan ekonominya juga di atas rata-rata nasional di mana mencapai 5,14 persen.

Struktur ekonomi Jawa Tengah selama ini digerakkan oleh investasi, ekspor luar negeri dan perdagangan antar wilayah. Aman menyebut, ada industri pengolahan yang melambat, pertumbuhannya lebih rendah dari PDRB sejak 2015.

Komponen pengeluaran paling tinggi pada konsumsi rumah tangga dan impor luar negeri. Sedangkan jika dilihat dari lapangan usaha yang besar adalah, industri pengolahan, pertanian, konstruksi, perdagangan besar dan eceran.

Untuk mencapai pertumbuhan tujuh persen, perlu untuk mendorong investasi, ekspor dan produktivitas tenaga kerja satu di antaranya penerapan penggunaan teknologi.(*)
Bambang Sartono