JawaTengah.Online – Jelita, inilah kata yang bisa mewakili keindahan Kota Lama Semarang saat ini. Setelah selesai dilakukan tahap pertama revitalisasi, Kota Lama kini menyambut harapan berpredikat menjadi kota pusaka dunia yang diakui UNESCO pada 2020 nanti.

Pada tanggal 26 Februari 2018, tim peneliti lintas instansi berdiskusi dan melakukan pertemuan di Gedung Oudetrap Semarang. Mereka mendiskusikan peluang itu dengan harapan yang mendekati kenyataan. Apalagi strategi pembangunan di Kota Lama Semarang berjalan baik karena memadukan strategi kebudayaan dan strategi perekonomian.

Menurut Kepala Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rahman, Revitalisasi Semarang tidak saja untuk menghidupkan roh kebudayaan yang hilang. Namun aktivitas perekonomian turut berjalan.

Pemerintah Kota Semarang memang sangat berminat besar, agar Kota Lama Semarang dikukuhkan menjadi World Heritage di tahun 2020. Walikota Semarang Hendrar Prihadi bersama wakilnya, Hevearita Gunaryanti Rahayu, terlihat concern dengan perkembangan Kota Lama. Yang dulunya menjadi kota kumuh terbengkelai, kini telah menjadi kawasan wisata yang diunggulkan.

Revitalisasi tahap pertama yang menggarap drainase jalan, pemasangan material batu andesit, hingga lampu, dan street furniture mulai rampung. Revitalisasi Kota Lama menjadi salah satu bagian dari program kerja Hendrar Prihadi yang diajukan saat mendaftar sebagai Wali Kota Semarang pada tahun 2015.

Semakin jelitalah kawasan setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan bantuan penataan jalan, drainase, dan street furniture.

Tentative List

Pada tahun 2015, kawasan ini menjadi tentative list Unesco. Kemudian tahun 2018 harus sudah serahkan dossier (bahan pelengkap) dalam bahasa Inggris dan Perancis. Dan revitalisasi kota lama saat ini terus berjalan. Dari 116 bangunan bersejarah yang menjadi cagar budaya, sebagian gedung mulai ditata ulang. Salah satu bangunan yang ditata antara lain gedung Oudetrap, yang kini dikelola Pemkot Semarang untuk acara-acara kesenian dan kebudayaan.

Tidak hanya mengincar predikat Worl Heritage, Semarang bertekad pula untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi icon pariwisata Kota Lumpia. Apa lagi upaya merealisasikan komitmen mengembangkan Kota Lama dimulai saat Walikota berhasil terpilih pada periode 2016-2021. Hendi memasukkannya sebagai salah satu kawasan strategis bidang sosial budaya pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021.

Kini sebanyak 80 persen gedung cagar budaya sudah mengalami revitalisasi.Pihak swasta dan pemilik gedung dapat menggunakan kembali bangunannya menjadi beragam kegunaan. Bisa untuk restoran, kafe, studio mainan dan toko kelontong.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bahkan berjanji revitalisasi Kawasan Kota Lama akan diperluas. Dari area Little Netherland, pengembanfan dua tahun ke depan akan menggarap daerah bersejarah di sekitarnya. Pemerintah Kota Semarang telah menandatangani keputusan Kota Lama, Pecinan, Kampung Melayu, dan Kampung Arab sebagai Cagar Budaya Nasional. Artinya pola pembangunan di sekitar situ akan ditata sesuai perundangan cagar budaya.

Dinas TaTa Ruang Kota Semarang diperintahkan untuk membuat master plan rencana pembangunan di tiga kawasan yang meliputi Melayu, Pecinan dan Arab. Walikota berharap agar pembangunan Kota Lama tak hanya bertumpu pada pemerintah. Dengan semakin hari semakin banyak pihak yang berminat berinvestasi, bisa jadi di Kota Lama kelak akan mandiri.

Sebanyak 99 persen bangunan di Kota Lama memang milik private, sehingga Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tidak bisa masuk. Jika pemilik bangunan tidak mampu merestorasi maka akan Business to Business (B2B).

Beberapa produk branded berskala internasional mulai melirik Kota Lama. Starbucks sedang mencari tempat, Walikota membantu menghubungkan dengan yang punya tempat yang bisa disewa. Ada juga rencana sejumlah franchise besar ingin bertemu dengan beberapa pemilik gedung.

“Pokoknya ke depan, Kota Lama kan jelitalah,” tambah Hendrar Prihadi.

Pemkot Semarang sendiri dalam pengembangan Kota Lama akan fokus membangun fasilitas publik untuk menarik investor. Demikian bisnis berjalan lancar, kebudayaan tertata secara rapi. ( Handry TM )