H. Abdul Hafidz, S.Pd.I, Bupati Rembang

Jawa Tengah. Online, REMBANG; KABUPATEN REMBANG mengandalkan tiga potensi Sumber Daya Alam (SDA) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Tiga potensi itu masing-masing bidang kelautan dan perikanan, pertambangan, dan pertanian.

Berkat sumbangan tiga sektor ini, termasuk industri semen yang sudah beroperasi, pertumbuhan ekonominya tergolong tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Kabupaten Rembang ekonominya tumbuh dengan 5,90 persen, menempati urutan keenam setelah Kota Semarang, Kebupaten Banyumas, Karanganyar, Kota Tegal, dan Kabupaten Grobogan.

Bupati Rembang saat berdialog dengan warga masyarakat

Bupati Rembang H. Abdul Hafidz S.Pd.I menyatakan saat ini ada 13 perusahaan yang bergerak di industri perikanan untuk ekspor. Produksi ikan yang bisa dihasilkan dari Kabupaten Rembang sendiri yang per hari antara 600-700 ton, tidka mencukupi untuk memasuk 13 perusahaan tersebut yang kebutuhannya sekitar 1.200 ton. Sehinga ikan harus didatangkan dari Tuban, Kendal, Pekalongan, dan sebagainya.

“Minimal per hari ada perputaran uang Rp 5 miliar sampai Rp 6 miliar, dalam bisnis perikanan ini”, katanya.
Dari sektor perikanan ini pemerintah kabupaten Rembang mendapatkan tambahan pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup signifikan, dari jumlah PAD yang mencapai sekitar Rp 315 miliar. Jumlah PAD ini cukup tinggi disbanding Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) nya yang sekitar Rp 1,9 triliun.

Hambatan yang masih dihadapi untuk memacu industri perikanan ini adalah izin kapal ikan, yang dianggap masih menyulitkan bagi para pengusaha. Ada 28 persyaratan untuk bisa mendapatkan izin tersebut. Itupun perizinan hanya untuk satu tujuan lokasi penangkapan. Kalau keluar dari jalur tetap di tangkap.

“Misalnya izin untuk Papua, jika mengambil ikan di Maluku ya ditangkap,” katanya.

Begitu strategisnya sektor perikanan, selain mengusulkan kemudahan perizinan kapal, Hafidz mengusulkan agar Rembang dibantu oleh pemerintah provinsi untuk meningkatkan sandaran pendaratan kapal (jetty), di beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada.

Berkah Pabrik Semen.

Kabupaten Rembang juga mendapat berkah dari keberadaan pabrik semen yang dibangun oleh PT Semen Gresik, di Kecamatan Gunem. Selain menambah pendapatan asli daerah, pabrik yang berkapasitas 3 juta ton per tahun ini, juga berdampak langsung pada masyarakat di sekitarnya. Pajaknya setiap tahun mencapai Rp 200 miliar.

Hafidz juga menyebut dampak pada lima desa, yang melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) nya mendapat pekerjaan dari pabrik.
“Lima desa tersebut sekarang asetnya sudah mencapai Rp 21 miliar,” katanya.

Keberadaan pabrik semen yang menelan investasinya sekitar Rp 5 triliun tersebut, juga ikut menggerakkan perekonomian kawasan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitarnya. Dana Company Social responsibility (CSR), tiap tahunnya menurut bupati bisa mencapai Rp 4 miliar sampai Rp 5 miliar.

“Ini berbeda dengan proyek PLTU di Kecamatan Sluke, yang tidak mempunya kontribusi pada lingkungan sekitarnya.” Katanya.
Karena itu bupati membantah jika ada masyarakat yang menolak kehadiran pabrik semen di Rembang. Kalaupun ada yang demo, katanya, sebagaian besar bahkan bukan orang dari Rembang. Bahkan masyarakat juga dibantu untuk penyediaan air bersih dengan pembangunan embung, dan membuat jaringan air bersih, sehingga masyarakat tidak perlu mengambil air beberapa kilometer dari desanya.

“Para pelaku UMKM juga mendapat bantuan permodalan, pelatihan, dan pemasaran,” tambahnya.

Komoditas Tembakau

Sebagai daerah yang sering mengalami musim kering cukup panjang, Rembang selain padi, juga banyak mengandalkan tanaman jagung dan palawija seperti kedelai, kacang tanah, dan sebagainya. Komoditas yang saat ini juga dikembangkan dna dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah tebu, yang lahan tanamnya mencapai 9.000 hektar.

Namun karena petani banyak kesulitan dengan tanaman tebu ini, terutama penentuan harga dan randemen yang selalu dipermainkan pabrik saat panen, minat petani mulai menurun. “Tahun ini lahan tebu mungkin tinggal sekitar delapan ribu hektar,” katanya.

Hambatan lain bagi petani tebu, karena di Rembang belum ada pabrik, hingga tebunya harus dikirim ke Pati atau Kudus, bahkan sampai ke Jawa Timur. Ini menyebabkan biaya angkut menjadi tinggi, sehingga menyebabkan pendapatan petani semakin berkurang.

Sebagai penggantinya, petani di Kabupaten Rembang banyak yang beralih ke tanaman tembakau. Bahkan tembakau dalam tiga tahun terakhir ini menjadi primadona. Luasan lahan yang ditanami tembakau telah mencapai 5.000 hektar. Begitu maraknya komoditas tembakau saat ini di Rembang, tiap hari transaksi tembakau ini tak kurang dari Rp. 5-7 miliar.

Bagi petani, menanam tembakau ini lebih menarik, selain harganya yang cukup bagus, pembeliannya juga tunai. Selain itu, untuk menjaga kualitasnya pabrik rokok yang membeli tembakau dari Rembang ini, juga melakukan pembinaan dan penyuluhan. Apalagi untuk menanam tembaka hanya butuh waktu 100 hari di musim yang kering, sehingga bisa dilakukan setelah musim tanam padi.
Pariwisata

Sektor pariwisata juga punya mandil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengandalkan perpaduan antara eksotisme alam, sejarah, dan budaya untuk menarik wisatawan dalam maupun luar negeri. Keindahan alam terutama di sepanjang pantai, mulai dari perbatasan dengan Kabupaten Pato di sebelah barat dan Kabupaten Tuban di sebelah timur. Salah satu yang cukup popular adalah obyek wisata bahari Karangjahe.

Rembang juga punya wisata sejarah, karena keberadaan pahlawan emansipasi wanita R.A Kartini, yang pernah menjadi isteri Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat. Pendopo Kabupaten Rembang yang menjadi rumah dinas Bupati, sekaligus juga diabadikan sebagai
Museum R.A Kartini. Sementara destinasi wisata yang berkaitan adalah makam RA Kartini di Desa Matingan, Kecamatan Bulu.

Di Rembang Timur, di Desa Bonang, Kecamatan Sluke, ada Pasujudan Sunan Bonang, salah satu Wali Sembilan, yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam.

Kecamatan Lasem, juga terkenal dengan sebutan small chinatown karena merupakan kota bersejarah yang banyak peninggalan berupa bangunan maupun budaya Tionghoa. Sampai saat ini Lasem masih menyimpan kenangan-kenangan tersebut berupa benda cagar budaya Klenteng, maupun rumah adat Tiongkok.

“Batik Lasem juga sangat dikenal, dan diminati para turis,” kata Hafidz.

Bambang Sartono